Selasa, 31 Desember 2019

Semburat

Tidak ada apa apa
Hanya semburat kelabu
Yang ada dilangit


Percaya pada angin

Sebenarnya apa?

Yang ada diantara kita itu seperti angin

Begitu terasa dan sulit untuk dilihat

Siapa yang percaya pada angin?

Dia tidak pernah berdusta
Meski begitu abstrak
Tidak pernah dilukiskan


Hati mau Mati

Musim ini berlalu
sebelum hari yang disepakati olehku
Begitu cepat
Tanpa bisa berkata lebih dahulu

Jika aku
Belum siap berlari
Mengapa orang menghilang
Meninggalkan
Dengan sedikit jejak
Lalu hilang
Dirasa hampa di kaki

Aku belum siap kehilangan
Namun kehilangan terus mengintai

Aku belum siap sendiri
Namun sendiru menerkam setiap hari

Kemana aku ceritakan gulana
Jika saja langit mendung dan
tidak bisa berkata apapun

Ini tentang hati yang mau mati
Hanya karena kerinduan
Dalam diam
Tanpa ada suara
Yang disampaikan dan terus menghimpit
Sukmanya

Jangan Rindu

Jangan rindu
Bisik itu
Pada jemari di kata terakhir

Aku memilih diam

Karena rindu bekerja
Tanpa tuan


Petrichor

Saat hujan
Debu menghilang
Ikut bersama basah
Dan terbawa kedalam pori kulit bumi
Lalu tidak dikenali

Yang ada aroma
Penenang dalam kalbu
Yang terindui oleh masa

Ini musim hujan telah tiba
Aku membaui dirimu dalam sukma
Yang menjelma menjadi titik kata
Aku sampaikan disaat
Kebingungan
Bertanya jawab

Kelambu



Ini akan menjadi hari yang menyusahkan kita
Saat kesalahan ini sengaja di buat
Dua hal yang tidak bisa
Aku katakan
Dalam waktu dekat

Saat malam mengintai siang
Dan siang mengintai malam
Begitu seteruanya
Tanpa lupa waktu

Aku berusaha bersikap apatis
Nyatanya aku terbaptis dengan keadaan

Jika saja boleh
Aku ingin malam tidak mengintai siang
Begitu pula siang
Tidak perlu mengintai

Sayangnya, inilah yang terjadi

Malam tidak pernah bertemu siang
Siang juga dilarang bertemu malam

Hanya sekejap
Dalam kesamaran
Yang kita sebut
Dipenghujung waktu
Saat rindu
Menjelma
Menjadi kelambu

Gerimis

Gerimis di tahun baru ini berbeda
Begitu mengesankan

Seakan menggangu untuk tidak disimak

Karena ada yang lain dalam hari yang sulit


Rindu yang kemarin

Rindu itu sesak
Sampai tidak bisa berkata

Hanya serapah
Dalam kata tanpa emosi

Terhimpit beban tidak terlihat
Tersesat dalam kasat
Dan mengusir angin
Yang mengelikan
Saat tidak bisa bersama

Kalau rindu tidak bisa disampaikan
Kepada siapa angin ditiupkan

Hanya kata darimu yang bisa menjawab

Perayaan Rindu

Bagaimana sebuah perayaan tanpa air mata
Saat dua kata bertemu
Tanpa jeda

Seperti hujan
Yang ditunggu oleh musim kemarau

Atau hujan
Yang mengusir kemarau

Keduanya
Bertemu dalam waktu yang dekat dan sebentar
Lalu hilang tanpa kata lagi

Apakah perayaan ini sebuah kerinduan
Yang kamu tinggal
Pada 16 december 2019

Dan kita rayakan hari ini
Di tahun baru, 2020
Dalam sekejap
Lalu pergi dengan kerinduan yang sama
Seperti kemarin

Biarkan kemarau merindukan hujan
Biarkan saya rindu
Untuk kamu disana

Selasa, 17 Desember 2019

Rasa sepi

Rasa sepi ini
Membuatku
Mencarimu di jagat ingatan

Memori dulu
Aku buat bersamamu
Kuputar ulang untuk menusukku

Rasa sepi ini
Membuatku bangun untuk
Membuka pintu dan jendela
Agar engkau masuk ke ruang
Lewat semilir rindu
Yang semakin mencekam kuat

Ku usir kau dari sini
Bukannya pergi menghilang
Malah kau tersenyum kembali
Seakan mengejek
Bahwa rindu tidak bisa berobat

Sandiwara

Ini malam
Ini siang
Malam dan siang adalah kepastian

Angin
Mendung
Terlihat membingungkan
Seperti suara guntur
Yang menakutkan

Memberikan kabar tidak pasti
Seperti kamu
Yang pandai bersandiwara

Mengatakan apapun
Seakan semua menyenangkan
Menggembirakan
Menutup luka di hati
Dan menahan amarah

Ada hati yang tersembunyi
Tidak menampak kata
Atau rasa yang sengaja dihilangkan
Atas nama kasih

Minggu, 15 Desember 2019

Pagi ini

Halo
Pagi ini
Aku mau kita bersama sejenak
Saling menatap
Dan memahami
Ada apa diantara kita
Saling berbagi
Untuk kebahagiaan

Kangen

Malam yg bikin kangen

Jumat, 13 Desember 2019

Tersesat

Aku tersesat
Diruang yang salah
Hanya aku dan kamu disini
Menyesali dengan kejadian yang ada
Seakan ini takdir

Pergilah

kamu akan pergi
Dan aku merelakan

Seperti matahari yang menghilang
Esok iya akan kembali
Dan menghilang lagi
Dan akan kembali

Pada malam ada kerinduan menelusup
Agar, kita bertemu dapat berbagi rasa
Dan meluapkan rasa
Dalam secangkir kopi
Yang lupa aku aduk

Kamis, 12 Desember 2019

Racun

Aku tuangkan semua racun
Dalam mangkuk bening
Agar aku jadikan sarapan sebelum bekerja

Hari ini terlalu berat
Untuk tetap disini
Menungguimu dalam rasa yang mulai uzur

Baru kemarin
Rasanya seperti
Sudah berdulu kala

Aku disini memanggil lirih
Tanpa suara
Karena takut
Tetangga akan terbangun
Dan meracuniku
Dengan cara melupakanmu

Kesusahan

Rasa sesal saat saling mengenal
Dan menghilang
Atas dasar rasa yang ada
Menyulitkan

Bukannya kembali
Dengan tenang
Malah mengamuk
Dalam kesepian
Melampiaskan rasa yang menghilang
Sejak kemarin

Tertelan oleh jarak
Aku dan kamu
Dalam kesusahan yang tidak berkesudahan

Saya perempuan

Perempuan
Saya perempuan
Saya kurang waras
Saat kau pergi menjauh
Seakan aku lemah
Tidak mampu berbuat apa apa
Terimakasih sudah menawan hati ini

Perempuan
Saya perempuan
Saya gila karena kamu
Membujuk aku menjatuhkan hati
Hingga kedasar
Dan aku gagal memungut kembali

Perempuan
Saya perempuan
Saya mau mati dihatimu
Karena hidup sendiri rasanya
Mau mati saja
Ah, terlalu kejam saat berurusan dengan hati
Biarkan saja
Dia terlunta
Toh,  ada rumah jompo yang menampung

Perempuan
Saya perempuan
Saya sedih
Saya jatuh cinta dan terabaikan
Dan saya tidak bisa berbuat apa apa


100 dari

Yang ke seratus
aku terdiam menatap rasa
seakan berkata
sudah jauh
istirahat sejenak
meminta diri merenung
beberapa kata yang berguna
mungkin akan lebih berguna

yang keseratus
kau pergi
terimakasih
meninggalkan jejak untukku
ada rasa
yang membuat aku
selesai disini

yang keseratus
ini untukmu
sebuah kata
yang terbingkis
dari sedikit rasa
yang aku tuang
dalam cangkir
dan menghanyut bersama sepi

ini yang keseratus
pintaku aneh
memintamu pergi
dan terus memintamu pergi
seakan aku kuat sendiri

padahal aku mau
bersamamu
lebih lama sedikit

akhir dari ini, adalah
aku belum memprediksi

Rabu, 11 Desember 2019

Ku usir kau

Ku usir kau dari hidupku
Karena kutak mau
Kau susah sendiri

Aku bisa hidup
Tanpa rasa
Yang sulit
Yang ingin kukejar
Seperti pelangi tinggi

Disini aku kan sedih
Sementara waktu

Biarkan semua jadi obat
Saat rindu
Sudah tidak bisa diucapkan
Aku rindu
Pada diriku sendiri

Yang disini

Dia
Yang disini
Menemaniku
Dalam sepi

Dia
Yang diam
Disini
Menghilang
Sebelum fajar

Dia
Yang marah
Ada rindu
Yang menderu
Berkelabu
Mendung

Dia
Yang sedih
Biarlah sendiri dulu
Aku disini
Ingin bersama

Aku ingin
Tiada angin
Dibalik embun
Menetes
Jatuh

Enggan

Bila rindu
Kemana aku buang rasa

Segera kumendat padamu

Karena hanya kamu yang aku mau

Disini
Aku hanya diam
Menatap punggung
Yang enggan berbalik

Kenapa cinta

Kenapa cinta
Hanya diam saja
Padahal rindu membara

Mengapa cinta
Semakin membisu
Padahal ada cerita hendak dibagi

Apalah aku yang hanya mengharap
Mengapa diam
Membuatku marah dan benci
Padamu

Kemarilah sayang
Biar kuhisap derita ini
Biarkan hanya bahagia
Diantara kita

Biar saja rindu

Biarkan kamu pergi menjauh
Toh ada rindu yang aku selipkan disana

Biarkan kamu menjual rumah
Karena hati ini
Adalah rumah kamu sebenarnya

Biarkan kamu marah
Karena aku tahu
Cara meramu hati

Aku tahu segala cara
Agar kamu kembali disini
Karena
Hati kita sama
Hanya saja
Kamu lebih cepat berdebar

Larut malam

Larut malam
Aku sengaja
Menunggu kamu

Karena ada yang ingin saya katakan
I love you

Hanya Sebentar

Disini saja
Diam
Sebentar saja
Tidak usah kemana mana
disini saja

Sebentar
Hanya sebentar

kopi pagi

Tadi malam aku menghidangkan kopi
yang aku buat sedari pagi

Kamu hanya diam. Memandang lurus kepada
Seakan bertanya
Ada apa hari ini?

Aku hanya diam, menunggu kamu meminumnya

Kita saling memandang lama
Tanpa berkata

Dan kamu memutuskan untuk bangkit
Tanpa meminum
Setegukpun

Tinggal aku dan kopi dingin
Aku memandang kopi dengan tanya

Apa yang salah?

Kuteguk habis

Yang salah
Kita tidak sama dalam frekuensi

Selasa, 10 Desember 2019

Sengaja aku buat manis

Sengaja aku buat manis
Agar indah dikenang
Tidak mudah terlupakan
Dan kembali lagi

Sengaja aku buat manis
Agar engkau tetap disini
Bahagia disini
Dan menghabiskan waktu bersama

Sengaja aku buat manis
Agar kamu tidak merasa pahit
Saat harus pergi
Dan membawa serta kenangan manis

Sengaja aku buat manis
Agar kamu ringan berjalan
Tenang dalam berfikir
Dan kembali ke jalan yang benar

Senin, 09 Desember 2019

Enggan menatap

Kita duduk disini
Berdua saja
Namun tidak saling menatap
Memalingkan diri
Padahal
Kita bersama
Bagaimana kita bisa bersatu?
Manatap saja enggan

Akhir dari ini

Saya menanti
Sendiri
Tidak banyak bicara
Hanya menunggu
Siang menuju malam atau sebaliknya

Tiada yang istimewah
Selain, akhir dari ini

Akhirnya

Pada akhirnya kita sama tahu
Tidak mampu bergerak menembus ruang yang ada
Karena kita berbeda dimensi

Hanya menunggu waktu
Siapa diantara kita menyerah

Jumat, 06 Desember 2019

Tidak se iya

Salahku
Membuat kamu jatuh cinta
Pada dia yang tidak hati sama

Dengan warna yang berbeda
Engkau minta bersatu
Bersama dalam kamar yang sama
Lalu menyatu dalam tanpa ikatan

Sulit, memang
Kenapa kamu tidak pergi saja
Menjauh
Hanya karena salah
Semua merunyam

Kamu mau ini itu
Aku mau itu ini
Tidak se ia
Dan tidak sepapa

Hujan berhenti

Hujan berhenti
Bukan karena amarah
Atau kesal
Atau cemburu
Atau lelah

Hujan berhenti
Karena telah selesai
Telah habis
Telah tiada yang tersisa dari rasa
Telah turun semua

Lalu,  kenapa kamu tidak berhenti
Jika lelah
Jika cemburu
Jika marah
Jika telah usai
Jika telah sampai disini

Rabu, 04 Desember 2019

Terluntang

Benar-benar
tidak habis pikir
? kenapa
saya masih disini

menatap apa yang tidak terlihat
menapaki jalan penuh belukar
membiarkan kaki teriiris duri
dan terluntang
tidak berdaya
memilih jalan lain

Senin, 02 Desember 2019

Merayakan perpisahan

Lusa, kamu tidak disini lagi
Pergi mengelilingi bumi
Meletakan aku sendiri disini
Dengan harapan
Menjumpai aku kembali
Di tempat yang sama
Dengan cerita yang berbeda
Dan menulis kisah yang berbeda

Besok, persiapan patah hati
Menyambut kemarau dihati
tiada kata pisah
Yang ada hati disana
Harus dijaga

Sekarang biarkan aku
Meneguk
Wajah itu,  hingga habis
Biarkan telaga ini
Sepenuhnya berisi dirimu

Aku tidak mau kehilangan
Tapi aku takut hilang




Janji nyata

Langit yang seluas itu
Bumi terhampar dipenuhi jalan

Lalu aku masih belum percaya
Dengan janji nyata yang diberikan

Apa yang membuat diri
Selemah ini

Diberi jalan
Minta jalan yang lain

Diberi Cara yang paling baik
Ikut cara yang lain

Kamis, 28 November 2019

Menunggu

Malam, aku menunggu pagi
Siang aku menunggu malam

Terjebak dalam menunggu

Rabu, 27 November 2019

Pengen ini-itu

Pengen ini
Pengen itu
Pengen ini
Pengen itu
Semua dipengenin

Sampai lelah sendiri dan tidak pengen apa-apa

Faces

Kalau sudah sampai pada titik ini
Saya pasrah saja,  takut kekhawatiran yang berlebihan
Akan membunuhku dari dalam

Ya anggap saja aku sudah berjuang mati matian
Yang pada akhirnya hanya sampai disini
Disini saja tidak lebih
Tidak juga kurang

Aku takut
Aku bunuh rasa takut
Aku khawatir
Aku bunuh rasa khawatir
Aku berdoa
Aku terus berdoa, semoga baik baik saja

Kepada siapa lagi aku berserah

Belajar

Mintalah Ilmu yang bermanfaat kepada pemilik ilmu
Jangan sombong
Teruslah berusaha
Karena ilmu tidak terbatas,
Harus tekun,  terus mengerakan semua kemampuan untuk bekerja
Memperbaiki keadaan
Jangan malas untuk membuat perubahan
Teruslah, karena waktu akan ditanyakan kemana dia dihabiskan

Menjaring rasa sepi

Malam,  dingin aku menjaring diriku
Menangkap bayangan halus masa depan

Kusimpan di bawah kasur
Kujaga agar tidak ada yang mencuri
Dan menjadikan teman tidur

Bayangmu juga lewat tapi kubiarkan pergi
Tetap saja disini menganggu

Katanya mau menemani
Rasa sepiku yang mengigit
Agar aku semakin sepi

Perkara lain

Bagaimana pun aku mau
Sayangnya aku tidak mengenal diriku
Bisa jadi ada hal
Sulit yang akan menyulitkan
Disaat hajat terkabulkan

Mintalah,  Insya Allah akan diberi
Yang bagus agar,

Mintalah yang terbaik agar kamu tidak menyesal mengenai perkara yang menyulitkan

Yang kumau

Tiada prefensi untukku mengenai waktu dan tempat
Bagiku bumi bersama 24 jam berlaku adalah ketentuan
Tiada kesulitan untuk bersyukur dari rasa sakit yang menggila
Kecuali Allah bersama kita

Dia yang kumau
Yang telah menjaga ketaatan diri pada sang pencipta dengan
Sebaik-baiknya,  lembut peranginya dan mampu menjadikan aku sebagai istri yang baik
Memberikan kesempatan untuk menjadi bagian dari kehidupan
Dan terus berlaku adil

Aku yang mau dia,  hanya Allah sebagai sandaran
Saat musim paceklik, dimana semua hilang tertelan
Hingga rasa kehilangan tersisa
Dihirup setiap hari hingga menjadi makanan yang membuat kita kenyang

Setidaknya saya mempersiapkan diri
Mengenai kelak apa yang akan mencekik
Itu saja,  akan ditambahkan sesuai kebutuhan

Peduli

Tiada yang peduli denganmu
Jika kamu tidak bertanya?

Ah,  sudahlah
Anak anak kecil hanya ingat ibunya ketika lapar dan takut

Perayaan Ulangan

Seharusnya 2 hari yang lalu, tepatnya tanggal 26
Aku merayakan, sebut saja ulang tahun
Bukan tiup lilin, aku blow my mind
Memetakan ulang,  kehidupan kecil yang aku jalani
Mengaris-garis sisa kehidupan sebulan yang lalu
Seperti nyeri, asal nyeri,  kemana nyeri dan obat nyeri.
Semua terdeskripsi dalam satu bentuk ketahanan tubuh menghadapi krisis

Kemungkinan terjadi terulang, tidak menyusahkan kembali
Seperti dulu

Mengatur ulang jadwal,  mengisi ulang jadwal dan memperhatikan jadwal
Kemana harus perginya waktu dalam sehari

Oh ya keuangan,  bukannya dipersempit
Seharusnya membuka peluang agar uang datang, ngak sulit jika ada

Jalan jalan sudah dibangun dan diaspal
Hanya kamu yang bisa memutuskan kemana arahnya

Kerja sebagai passion kamu,  bukan passion orang
Berhenti meminta ini itu, kerjakan semua sendiri dengan kolaborasi unggul

Belajar sebagai kebutuhan agar memerdekan diri dari kemiskinan absolut

Tidak kemana mana bukannya mati, teruslah berjalan membuat kesepakatan baru yang bisa kamu lakukan
Buatlah dirimu menjadi dirimu
Bukan seorang yang lain?

Ini ulang tahunku,  aku yang membuat perayaan
Aku merayakan sendiri dengan kebijaksanaan seperti angin yang datang membawa kabar

Melupakan mau yang ada

Ada rasa yang bikin sakit
Menangis dan pilu

Mengkhawatirkan dan terus mencari perhatian
Memohon belas kasih dan mengacau hari
Membuat mood naik turun
Seperti roller caoster

Entahlah,  maunya gimana?
Tiada jawab saat ditanya
Tiada angguk tiada geleng

Diam,  diam tok

Kalau begini,  sebaiknya kamu
Berpura-pura tiada terjadi apa apa
Dan melupakan semua mau yang ada

Shadow

Lalalalalla

How could be
I am lonely, making love to you
And try to cry on your shoulder

Without you
I take this way
In deep breath

Aren't a live?
To give me to you

Lalalala

I make dance
Without wind
To pursue me in beach
Let me in

Just allow
I make your self alive
Beside me
In different shadow

Sayap

Diusia ini
Sayapku tumbuh, tanpa aku sadsri

Bukannya terbang ke angkasa
Aku mengikuti sekelompok
Bebek yang akan mandi di sungai
Membasahi sayap
Begitu seterusnya
Hingga lupa, kalau sayapku
Harus dilatih untuk bisa terbang tinggi

Bersabar

Kamu dimana
Semua musim berlalu
Dan kamu belum kutemukan

Kemana aku harus mencari
Jika kamu hanya ada di hati ini
Tidak berwujud

Haruskah aku lebih bersabar
Menahan diri menyebut nama secara random

Datanglah,  hiasi rindu yang tidak bernyawa ini
Biarkan aku, aku menyebut namamu setiap pagi

Dan menemani dalam bersama

Selasa, 26 November 2019

Yang terlalu

Semua sama di awal
Penuh curiga

Dan antisipasi

Sejalan waktu

Yang terlalu bikin rindu
Yang terlalu bikin sayang
Yang terlalu bikin marah

Dan yang diam bikin tersiksa


Disiksa Rindu

Kemarin kamu bilang apa
"Rindu"
Lalu engkau pergi tanpa pamit

"Marah"
Engkau mengecupku,  dan tidak ingin
Ditinggal pergi

"Benci"
Kau eratkan pegangan tangan
Seakan hidup singkat untuk berjauhan

Lalu aku gimana sekarang
Marah, benci ke kamu
Seharusnya

Namun, kepergiaanmu
Membawaku ke kerinduan
Yang berujung pada ketersiksaan

Hujan, tetap disini

Hujan
Kenapa berhenti
Kerinduan ini belum tuntas
Masih seperti kemarin
Gersang, belum semi
Tetaplah disini
Beberapa saat

Membuatku bangkit dari kematian
Membuatku hijau dan indah

Tetaplah disini
Menghalau kemarau yang menyiksa
Menghalau debu yang singgah dimata

Menghalau rindu yang tidak bertemu

Hujan

Kerinduaan bumi pada langit
Seperti seorang gadis jatuh cinta
Merayu terus meminta untuk datang
Menyirami dimusim  kering

Rindu terus mengema
Menggedor pintu langit
Agar mereka turun,
Karena haus sulit ditahan

Disebut dalam kelelahan
Ketidakberdayaan

Dan meminta belas kasih untuk tercurah

Kamis, 21 November 2019

Pergi ke Surabaya

Dimana aku bisa mendapatkan diriku
Dqlam gairah menulis yang tidak henti
Terus berlari mengajar layangan
Seakan tidak ingin ditinggalkan

Diriku ini
Sedang diterminal
Ingin kesurabaya
Namun masih di terminal Daya, Makassar

Benar jija memang salah
Kemana aku harus pergi
Jika jalan yang saya pilih salah

Jalan yang kuambil salah

Berlari
Berganti arah
Memutar waktu atau berjalan saja
Asal sampai di Surabaya

Lewat mana saja asal sampai di Surabaya

Ngak usah neko,  jalan dulu ke mana tadi?
Surabaya

Selasa, 19 November 2019

Kata ganti

Satunya kehidupan yang aku analisis
Adalah kamu
Yang membuatku berpikir
Bahwa aku butuh berjuang
Agar bisa berdiri tegak
Menghadang badai

Kamu yang
Yang membuat aku berhenti untuk tidak berpikir
Agar hidup ini adalah hidup
Mengerjakan hal yang sulit
Sebagai bentuk kehidupan

Lama rasanya aku berdiri
Namun tidak lelah
Karena aku sadar
Aku harus belajar berdiri lebih lama lagi
Dan menikmati salah satu
Cara semua terasa indah

Bersamamu
Itu membuat aku
Tidak berpaling dari kata ganti sebelumnya

Minggu, 17 November 2019

In side

Go inside me
Find me in everything
Tell me

There are a wide earth in
And tell me
You are souspious


Sabtu, 16 November 2019

Mencari Seharian

Seharian ini kamu dimana

Aku sendirian menatap pohon
Menatap langit
Dan menapaki jalan kering

Sepertinya hujan lupa dengan jadwalnya
Atau jadwalnya diundur
Atau dia berpindah tugas

Berlalanglah mereka
Menghalau hidup yang menyulitkan
Mengais diantara kemauan
Dan jalam yang makin panas

Aku disini
Menghalau nasib dalam pencarian
Yang kamu sendiri mencari yang lain
Yang tidak diketahui

Jumat, 15 November 2019

Cemara

Aku sudah cabut itu cemara
Kupindahkan dihati yang berbeda
Kubiarkan dia tumbuh
Meninggi
Hingga menyentuh langit yang biru

Diujung situ
Mata ini, mengintaimu
Mencarimu setiap detik
Dan bertanya "apa kabar? "

Kamu tidak akan lari kemanapun
Lemparanku akan mengenaimu
Agar kamu sakit dan kembali lagi
Kebawah pohon cemara kita
Dulu

Kamis, 14 November 2019

Aku dan Puisi

Aku pengen menulis puisi yang puaannjang

Yang bisa menembus perasaan
Orang yang sedang bersusah hati
Atau yang sedang bekerja keras

Puisi itu ingin aku hadiahkan kepada mereka
Yang sedang bersama atau sendirian
Atau yang sedang menunggu waktu

Puisi itu harus berjudul mengenai kita
Kita yang sedang berjuang untuk melewati jalan lain dari kehidupan
Atau sedang berlelah hati dengan masa ini

Puisi itu
Adalah suara yang tersampaikan pada angin
Menerobos merasuki manusia
Menjadi lebih bijak dalam memilih hidup

Aku kah puisi itu
Yang terlupakan untuk ditulis
Diantara waktu yang lalu
Dan menghilangkan pesona

Akukah itu, saat puisi tidak terucapkan
Dalam bisu di hari menjelang malam yang sepi

Aku bukan puisi itu jika bukan kamu yang menulisnya

Hati yang kurang hati-hati

Semua milik-Mu
Dia yang disana berhati mulia
Dan saya disini yang ingin berhati mulia

Kedua hati itu dalam penjagaan
Mengapa, engkau pertemukan?
Apakah hanya untuk saling menguji
Ketaatan pada-Mu

Khilafkah mereka
Jika "iya"
Bagaimana bisa bersama dalam peraduan
dan samudra Cinta kasih-Mu

Mereka yang berhati-hati
Namun, tidak kuasa menolak hati
Yang datang dengan hati hati

Seperti cerita lama, yang dikisahkan
Dan tidak bisa dielak
Untuk tetap diikuti
Karena hati itu adalah hasil dari perhatian

Arti Pernikahan

Pernikahan itu
Untuk  mensucikan
Anak manusia

Mengembalikan pada fitrah
Sebagai manusia
Jadi ikuti
Aturan dalam pernikahan

Tidak usah berlarian kesana-kemari
Coba-coba hal baru,  katanya
Hanya mau menggali kubur sendiri
Dan mati dengan cara sendiri
Itu tidak bagus
Untuk kesehatan jiwa manusia

Rumah

Rumahku adalah kamu
Mengapa engkau menutupnya
Tidak membiarkan saya masuk
Haruskah aku menunggu di depan pintu
Berharap engkau keluar dan saya bisa masuk

Atau engkau mengharapkan saya mencari rumah lain
Seperti yang sudah sudah

Itu sulit, bahkan menyulitkan saya
Karena aku tidak mampu
Untuk menjual rumah
Yang aku sayang

Aku akan bersabar
Sampai di akhirnya
Aku berhenti
Dan membuat rumah baru

Mungkin kamu bahagia
Atau kamu akan menderita setelahnya
Aku tidak tahu
Hanya saja,  setiap yang sakit akan sembuh

Jawaban yang benar

Coba kamu bertanya, kepadanya
Kenapa?

Seribu jawaban tidak akan diterima
Karena itu bukan mau kamu

Jawaban yang benar

Sesuai dengan harapan penanya
Bukan fakta atau opini

Hati ini tersembunyi
Tapi kebahagiaanya nampak

Seperti bunga

Lagi pengen menangis

Semua berjalan
Termasuk
Aku yang lagi menangis

Ngak kenapa-kenapa
Pengen menangis saja

Rasanya menangis lebih indah
Daripada tertawaku

Menangis membersihkan hati
Yang gulana
Karena ngak di tau apa maunya

Bukan tidak ditau
Hanya saja,  mau menyulitkan saja

Lagi apa?

Eh,  kamu lagi apa?
Lagi rindu sama bulan
Yang menghilang
Ditelan waktu


Eh,  kamu lagi apa?
Badai yang kejam
Membuatku berterimakasih
Telah menguatkan aku berpijak

Eh,  kamu lagi apa?
Tidak lagi apa-apa
Tidak ada yang bisa diapa-apakan
Jadi hanya berdiam saja

Eh,  kamu lagi apa?
Hati ini terpaut
Sayang, dianya hanya monster
Aku bingung bagaimana ini berlaku?

Eh,  kamu lagi apa?
Kerja
Jangan banyak bertanya kalau
Tidak penting,
Urusi hidup kamu

Eh,  aku lagi apa?
Sibuk, mempersiapkan masa depan
Yang ada ditangan-Mu


Selasa, 12 November 2019

Jika Rindu

Jika rindu katakan rindu
Jangan hanya diam
Menatap langit langit kamar
Biarkan kita bicara
Lewat bahasa sederhana
Seperti yang diajarkan
Mereka kepada kita

Tidak tahu

Ngak tau,  ya apa ini?

Semua bergerimis

Seperti hujan

Yang terkumpul

Aku menulis,  karena hati lelah berkata
Tanpa ada telinga
Yang mau mendengar
Dan orang yang mengikuti

Semua menghujani
Rasa rasa yang ada

Kadang keras, lembut atau datar saja
Bahkan bercampur

Seperti memamah
Berharap semua hancur
Dan terambil semua

Jarak

Rasanya
Seperti lagi bertemu dengan jarak
Yang makin menjauh
Karena lelah dengan apa
Diantara kita

Seperti hujan
Yang menembus jarak
Dan sampai
Ke tanah

Lantas aku 
Tidak bisa menemuimu
Walau tanpa jarak diantara kita

Karena jarak itu
Antara hati yang saling menjauh

Senin, 11 November 2019

Rindu tidak berucap

Kalau rindu tidak boleh dikatakan
Kepada siapa mawar meminta air

Dalam diamnya
Iya meratap ke bumi
Berembunkan untuk hidup

Lantas saya
Berdiam diri
Menahan sesak
Biarkan saja,

Itu kejam,  saat rindu
Disesap kembali dalam relung
Menyiksa kata hati
Yang tidak tersampaikan
Biarkan
Dalam diam dia berbahasa
Halus,  memuluskan kata hati

Ikhlas

Keikhlasan adalah
Aliran yang engkau alirkan
Pada hati yang jenuh dan tidak dapat berpijak

Seperti ini saja

Ya sudahlah seperti ini
Saya bercahaya seperti bulan
Dan engkau bersinar seperti matahari
Kita bertemu di akhir pekan

Kita bertemu untuk saling
Menatap
Mengukur
Menimbang
Dan pergi

Begitulah hidup
Hanya kadang sebagai persinggahan
Sesaat, lalu pergi tanpa pamit
Atau
Dibiarkan saja biar usang

Minggu, 10 November 2019

Musim berlalu

Musim mangga,  musim dingin berlalu
Musim hujan,  musim kemarau berlalu

Mengapa musim yang berlalu
meninggalkan rasa yang sama
Sama sama masam, dan terasa tidak enak

Sabtu, 09 November 2019

Menyerah lagi

Kembali ke bentuk awal,  dan
begitu begitu terus
Sampai lelah dan menyerah
Sampai sadar semua sia-sia


Takut, takut lagi

Sekarang saya takut dengan apa
Yang telah saya lakukan
Membuat semua jelas
Namun beresiko

Berisiko
Dengan semua yang telah berlalu
Mungkin saya lebih baik pura-pura
Tidak tahu dengan apa yang terjadi

Seakan tiada Tuhan

Saya mengemis
Seakan tiada tuhan

Saya menangis
Seakan tiada tuhan

Saya mengutuk hidupku
Seakan tidak tuhan

Yang saya lakukan tanpa rasa malu
Seakan tiada tuhan

Biarkan saja semua berlalu

Panas
Biarkan saja

Dingin
Biarkan saja

Aku disini
Biarkan saja

Biarkan saja semua berlalu

Siang yang bekerja

Berlalulah malam
Biarkan siang memeluk dengan kehangatanya
Biarkan siang mengajariku berjalan
Bekerja,  dan menepi

Biarkan siang membangunkan
Membuatkan rumah untuk malam
Dan bekerja hingga lelah

Biarkan siang mengajarkan aku bicara
Pada apa saja
Yang membuatku setegar gunung
Selembut angin
Dan sebaik pohon

Biarkan lah siang berfungsi semestinya
Untukku, untuk semua

Jalan Hidup

Semua orang berjuang untuk dapat
Berjalan dengan kakinya sendiri
Makan dari kedua tanganya sendiri
Dan terus berlari untuk sebuah harapan

Aku disini mengeja kata kata
Yang bisa membuat aku
Berjalan
Dengan kedua kaki ini
Makan
Dengan tangan ini
Lalu berlari
Tidak mau sendiri

Aku mengeja setiap jalan hendak aku tapaki
Dan berdoa setiap langkahku
Hingga aku dapatkan diri
Diatas titian Mu

Bersama mimpi

Kadang aku mikir,  mimpi ini terlalu gila
Banyak hal yang tabu untuk dilakukan
Namun,  saat kubaca kitab
Tiada salah diantara mimpi itu
Hanya mungkin sedikit pendekatan

Kalau sudah begitu
Hal apa yang membuat kita
Berhenti. Menatap kanan kiri
Dan bertanya,  apakah saya sendiri?

Oh, tidak. Anda bersama mimpi anda untuk maju
Bukan bersama si Anu

Semua Benar

Aku kaget
Semua begitu nyata
Seakan hidup tidak tersia-siakan
Seakan setiap doa akan terkabulkan
Seakan jalan ini menuju ke destinasi kita
Seakan hidup ini dimudahkan
Seakan kita memang diberikan karunia seluas langit dan bumi
Seakan kita hidup sesuai ketentuan
Seakan kita hidup sudah ada jaminan sesuau dengan kemampuan
Seakan semua akan baik baik saja
Seakan aku tidak sendiri
Semua sudah ada yang mengatur

dan Allah adalah itu semua

Mimpi

Mereka itu bisa
Melakukan apa yang menjadi mimpiku

Mimpi aku, mimpi seribu orang
Aku berjuang untuk saya

Dan mereka berjuang untuk mimpi mereka
Dan mereka berhasil mewujudkan
Luar biasa

Saya,  saya harus memulai membangun
Sebuah rumah untuk minpi saya
Lakukan sedikit demi sedikit menuju kesana

Pasti bisa
Karena Allah lebih dekat dari urat leher
Dia akan mengaruniakan kerajaan kepada
 Yang dikehendaki
Begitu pula mimpi
Doa itu akan terkabulkan lewat jalan Nya

Doa

Ya Allah
Tetapkanlah kaki ini diatas titian
Janganlah gelincirkan ke jalan yang sulit

Engkau maha pengampun, ampunilah hamba ini

Jumat, 08 November 2019

Belari

Kubaca setiap lariknya
Kupahami setiap hurf nya

Kurenungkan isinya
Kuamalkan perintahnya

Setahap demi setahap

Aku berdoa,  ya Allah saya berserah diri
Pada agama yang engkau ridhoi
Bimbinglah hati ini untuk cenderung
mengikuti Al quran dan As sunnah

Maafkan dosa hamba,  janganlah engkau hukum
Diluar batas hingga hamba berlari menjauh dari
Kebenaran

Menyerah

Aku menyerah kalah pada waktu
Yang membawaku melaju terus
Mengulitiku hingga ke tulang
Untuk membicarakan sebuah kerinduan

Kemana lagi, jika muara sudah penuh
Tidak mungkin aku ambilkan
Tempat lain hanya untuk menyesakkan rasa ini
Biarlah
Aku menjadi arang yang telah
Dibakar api
Menyisakan gelap tidak ditembusi
Oleh cahaya baru
Biarkan ini berlalu pada kata terakhir yang kau ucap
Ya kata terakhir
Dalam bisikan kematian

Dicekik Rindu

Kalaunya aku sedang rindu
Kepada siapa aku sampaikan rasa ini

Bulan bintang hanya menatap sendu
Melihat kesedihanku

Mungkin dia memintaku
Bercerita, menggulana
Namun apalah daya
Berkatapun aku tidak sanggup
Menerjemahkan rasa di hati pun
Aku tidak sanggup

Hanya angin yang kuminta membawa pergi
Biarkan aku berdikari seperti dulu
Tanpa selubung rindu
Yang mencekik hati

Kamis, 07 November 2019

Sia sia

Angin malam
Yang merasuk ke hati

Menggoda untuk terjaga
Meneguk bara
Yang tidak pernah padam
Menelan bulat
Kebimbangan

Antara setuju dan tidak
Hanya ada satu kata
Diam
Dan semuanya tidak bekerja untuk
Memadamkan kata

Masih terurai memanjang
Hingga ke dinding gua
Bergelanyut meminta asa

Sayang,  terabaikan oleh waktu
Terabaikan oleh manisnya kebersamaan
Sia sia lah dia

Rabu, 06 November 2019

Kalau bulan bisa apa?

Kalau bulan bisa ngomong

Dia jujur tidak akan bohong

Seperti anjing yang melolong



Dan aku kehabisan kata kata

Aku gendong rembulan

Ku kantongin bintang bintang

Segera ku bawa pulang


Bulan tidak bisa ngomong

Kalau memang ada rasa yang
Tidak bisa kuwakilkan

Untukmu untuk mu

Tiap hari aku teriak teriakan namamu

Ada cinta yang terlalu

Ada rindu yang terlalu

Yang cepat berlalu berlalu padamu

Semua perasaanku tertuangkan pada lagu

Seperti anjing melolong

Sayang bulan tidak bisa ngomong

Tentang cinta, cinta kita

Aku kehabisan kata kata

Sebentar aku kelangit

Untuk mu ya untukmu

Kejamnya kamu,  memberikan rasa sakit
Tanpa mengetahui rasa itu

Hanya berucap,  berucap saja
Tanpa merasakan

Sakit itu bagaimana

Aku ingin menangis,
tapi tidak ada yang aku tangisi

Kenapa tidak ada kesabaran sedikit saja
Biarkan mengisi ruang diantara kita

Biarkan aku kuat,

Sakit ini hanya sampai disini
Dihati yang rapuh
Yang sulit untuk berkata kata
Karena tidak ada yang peduli
Tidak ada yang mendengar

Biarkan rasa itu busuk
Biarkan dia busuk disitu

Ingin sekali aku berkata
"tetaplah tinggal sejenak"
Biarkan aku disini
Menatap apa yang bisa dirasa

Jika seperti ini,  aku hanya pasrah
Biarkan berlalu,  namun ini sudah terlalu

Lalu aku bagaimana?
Berdiam,  dan akan pergi

Move on itu susah,  sangat susah
Dan kau buat aku tersiksa disana

Antara benci, yang tidak tersampaikan
Antara cinta yang terhambat

Antara kesalahan, dua orang bertemu dan bercakap






Dihapus

Seperti hujan yang diserap tanah
Sebagian menguap

Begitupula cerita ini

Akan terhapus oleh cerita selanjutnya
Terlupakan,  mungkin

Untuk apa disimpan?
Jika hanya menyiksa
Menyulut luka lama
Yang tidak kunjung sembuh

Gilanya, aku

Bisanya saya begini
Begini saja

Tidur tidak bisa
Makan sulit
Minun malas

Maunya, apa?

Maunya ngak kenapa kenapa

Gilanya

Manusiajikah?

Kok ngak ada maunya

Sepertinya ada yang salah
Atau lagi butuh vitamin sea

Taulah gelap

Kerinduan


Biarkan rindu membakarku
Menuntaskan hal yang sia-sia

Rindu ini hingga ke laut dan menjadi mangsa
Dan kau masih pada cerita lama yang tidak ber peri
Biarkan aku menjadi debu
Yang hinggap pada daun daun kering
Dan terbawa anggin

Aku rindu karena kamu yang jahat
Meninggalkan tanpa ada rasa

Biarkan rindu ini mati
Bersama berakhirnya musim kemarau

Lelah sekali rindu tidak bertepi
Seperti kapalmu yang melaju terus
Kehabisan bekal untuk makan
Akupun demikian dalam kerinduan

Selasa, 05 November 2019

Mengundang badai

Pergilah,  ke ujung dunia
Pergilah,  menatap cakrawala
Pergilah, menuju kebahagiaan hakiki
Pergilah,  hingga kamu ingin pulang

Aku disini,  dirumah kita
Aku disini,  menundukan hati untukmu
Aku disini,  sendirian menata sepi
Aku disini,  menanti kedatangan angin
Yang membawa kebahagiaan itu

Bila hati sudah terkunci
Biarkan dia tertutup
Hingga kau datang membukanya
Biarkan dia dalam nestapa kerinduan
Hingga kau sirami dengan bunga kenanga

Hati yang sepi,  meranggas
Meminta hujan dalam kemelut jiwa
Engkau tidak datang adalah racun
Yang melenyapkan jiwa dalam harap
Engkau tidak kembali
Biarkan angin yang membawa pergi

Aku berdiam, menyuapi kesedihan
Menatap cakrawala yang bosan
Dan mengundang badai
Agar aku tidak bersedih lagi

Perpisahan dengan Angin

Semalam, kamu yang meminta aku
Untuk tetap duduk disini tanpa menanti
Jalani hidup sendiri-sendiri
Dan aku pasrah menerima tawaran itu
Bagiku,  terserahlah apa yang kamu mau
Asalkan kita sama-sama bahagia
Karena kamu menjual optimisme
Akupun membeli yang kamu mau
Tiada kerugian bagiku
Untuk duduk manis disini
Tanpa penantian

Luka,  biarkan dia mengering seiring waktu
Biarkan dia kembali seperti dulu
Tidak akan lama,  batinku

Biarkanlah hati yang berbisik
Berbisik pada langit yang menurunkan kehidupan
Memberikan takdir apa saja kepada kita

Hanya menerima dan sadar,
Inilah jalan hidup, yang kita harus jalani

Layangan putus

Kita adalah layangan
Yang terbang meninggi melawan arus
Memilih milih badai yang menerpa
Kalau bisa jangan yang yang terlalu ganas

Takutnya bakalan putus,  lalu
Mengutuk badai
Mengutuk layangan 
Dan tali
Dan layangan lainnya 

Kita adalah layangan yang mulai meninggi
Harap harap cemas
Menantikan badai yang akan datang
Harap harap cemas
Memegang kendali tali
Harap harap cemas
Memperkirakan tekanan angin
Harap harap cemas
Dengan setiap keputusan diantara kita

Kita layangan yang ingin putus
Saya kira tidak bakalan putus
Karena, Tuhan menjaga kita

Minggu, 03 November 2019

Rasa Rindu

Saat kurindukan dirimu, kuhanya bisa
Memeluk bayangmu
Yang hadir sekejap
Dan menghilang

Pilu.  Pilu hati ini
Merindui orang yang hilang
Hanya sebentar
Kembalilah
Hanya untuk berkabar
Kembalilah

Aku ingin menolak rindu
Yang datang menerjang
Saat bersantai

Aku tidak kuasa untuk menolak
Rinduku padamu,
Datanglah, jika hati itu
Masih ada ditempatnya

Jika tidak. Biarkan rindu ini menyesap
Bersama waktu
Hilang dalam kelelahan
Karena rindu adalah kata kerja
Dia akan berhenti bekerja
Saat kecewa menggunung

Aku rindu bukan untuk kecewa
Namun,  ingin segera kecewa

Menjadi Insan

Hy,  jalur hidup ditempuh sedemikian rupa
Membekas pada betis,  ngilu
Membuatnya kuat untuk terus berlari

Jangankan, berpilu
Mengucap ah saja tidak sanggup
Semua adalah keadilan
Bagi setiap insan

Apalagi, pohon terus tumbuh
Burung-burung berkicau
Dan akupun begitu

Selama langit masih menjadi langit
Biarkan bumi tetap kupijak

Ini bukan soal dengki,
Ini soal agar tetap menjadi insan

Jumat, 01 November 2019

Rindu Hati

Kalau kerinduan ingin bercerita
kepada siapa dia berbagi?

Semua hati menyimpan rasa
namun rindu terasa berbeda

ingin meledak, seperti gunung api
Ingin mengalir seperti lava
dan menghujani seperti gerimis

Semua berkabung meyaksikan
abu-abu yang merusaki jarak pandang
dia sangka hutan, ternyata kota metropolitan

Aku sedang rindu disini
kamu yang jauh, hanya membaca surat kabar
pagi ini dan melewatkan puisi yang aku tulis
seperti kematian yang ingin disegerakan

hati inipun demikian
namun, penghalang itu terlalu kejam
menyiksa mereka yang senang bermain api
membakar semua hingga engkau tidak punya apa-apa
selain kekecewaan yang ingin segera diakhiri
dengan pertemuan

Kemiskinan

Dimana aku temui dia?

diujung-ujung pakaian kumal
yang tersentuh tanah
berlobang-lobang
menganga, meminta belas kasih

atau di kedua kaki
yang mengeras karena lumpur, tanah, batu
menyatu tanpa alas

atau diantara kemalasan
yang mengigit
yang terlalu mewah untuk dikecap

atau diantara mereka yang memang
suka melihat orang-orang susah
sengaja dibuat-buat
sebagai bahan olokan

"kamu miskin saja, biar aku yang kaya"

hahahaha

diantara sela-sela waktu shalat
aku lihat mereka
berjemur
mungkin sambil berdoa
meratapkan diri
namun enggan move untuk berteduh
seakan
sengaja membiarkan dirinya terkutuk

hmmm
ada-ada aja manusia

Diantara malam aku berbaring
menatap langit yang enggan berbintang
hanya bermendung, memamerkan kemegahan
tidak mau menurunkan air
sebagai pengusa alam, dan juru kunci kehidupan
nelangsa hati memandang diri, memilukan nasib
dan tidak bisa berbuat apa-apa
Hanya bermohon kemurahan sang Pencipta

Di hutan di pagi hari
matahari masih berselimut pohon
orang-orang sibuk bekerja
aku tidak punya apa-apa
tidak punya mata, telinga, hidung dan tangan
kakipun terantai keadaan
orangpun tidak ada yang mau memberiku
akupun tidak bisa membuat sendiri
jadi aku hanya bisa begini saja



Aku tuh yaa

Gampang sekali saya terahlihkan
dari tujuan yang sebenarnya
sukanya jalan-jalan
kayak dipasar gitu

niatnya beli lombok, ternyatanya ngak ada
jadinya beli bedak dan segala temannya

Niatnya beli sepasang sepatu
jadinya berpasang-pasang pakaian

Niatnya mau makan saja
jadinya wisata kuliner

aku tuh yaa
sukanya begitu


hahaha

Maaf lagi khilaf adek, Bang

Sahabat itu

Kita bersama
melangkah menyusuri jalan Ilahi
dengan kekuatan dan kesabaran
menghilangkan nafsu yang menggoda
untuk berbuat jahat

Disini kita berbagi
menguatkan
saling mendukung
dan terus saling menyemangati

di jalan ini hanya sementara
mari pererat pegangan tangan
agar tidak jatuh dalam kesendirian
agar tidak berputus asa saat coba melanda
agar dapat berbagi nikmat yang ada

semua akan terasa indah
bumi yang luas semakin asri

Kamis, 31 Oktober 2019

Sebuah keputus-asaan

Eh,  keputusan kamu
Mengagetkan
Kamu menahan air hujan turun
Menyirami bunga yang kita tanam bersama

Aku hanya bisa shock
Terus berdiam dan bertanya-tanya
"kok begitu? Salah saya, ya? Kok,  kamu bisa marah?"
Ya sudah, itu keputusanmu
Biarkan saja, ngak usah dibikin repot
Aku juga bisa keputusan yang sama

Eh,  iya
Kamu baik baik saja kan disana?

Kalau rindu,  biarkan hujan turun seperti sedia kala
Kalau rindu,  biarkan tanaman kita berbunga
Kalau rindu,  duduklah didepanku
Dan mari bercakap



Bosan

Bosan
Bosan
Bosan

Siapa yang tidak bosan
Disini hanya menatap
Ketidakadilan waktu
Semua melambat,  menunggu giliran
Memohon apa saja
Asal tidak disini

Mau memecahkan namun tidak bisa
Ya, hanya bisa begini
Terdiam dalam bosan

Menunggu berdetik

Aku menunggu detik berdetik
Menghitung dalam diam
Dan pura pura tidak menunggu

Semua menegangkan
Keputusan itu
Semua menegangkan


Untuk kamu yang sedang sakit

Kamu yang lagi sakit
Santai saja
Kamu memang lagi butuh istirahat

Coba kamu ingat-ingat
Selama ini apa yang telah kamu lakukan

Apakah kamu lelah?
Apakah kamu menderita?
Apakah kamu sedang berlari dan jatuh?
Apakah kamu sedang baik baik saja dan tetiba sakit?
Apakah kamu, ah aku hanya melihat dalam kamu
Dalam balutan senyun harian

Kamu sakit, bebaringlah
Ngak usah kemana-mana
Biar giliran aku yang kemana-mana

Kamu sakit,  ayo pejamkan mata
Lupakan kalau kamu sedang sakit
Lepaskan kemelut hati
Biarkan dirimu tidak berdaya
Syukuri setiap langkah yang sudah kamu lakukan


Teh dalam menunggu

Dua cangkir teh, aku seduh sembari menunggu hujan turun
Ini untuk kita saat saling menatap
Mengungkapkan perasaan
Dan berbagi sepi
Menjelang malam,  seperti biasanya

Seperti yang sudah-sudah, engkau datang terlambat
Meminum seteguk langsung
Dan berkata "saya mau istirahat"
Besok lagi ya,

Hanya bisa mengangguk
Pada diam
Sambil berkaca-kaca

Aku akan membuat teh lebih banyak lagi
Dan meminumnya tanpa kata
Biarkan teh menampung semua
Kata kata yang tidak tersampaikan

Nyamuk

Plekk! 
Nyamuk tak geplek
Ora kenek
Malah kenek opo? 

Brrrtttrtt
Nyamuk miber
Tak uber
Ora kenek
Malah kenek opo

Plukk
Nyamuk tak gepok
Ora kenek
Malah kenek opo? 


Ora kenek opo opo,  cah

Wanita berusia 24

Ulang tahun ini seperti kilat menyambar pohon kelapa
Tidak terjadi apa apa
Hanya mengagetkan
Kalau saya berusia 24 tahun

24 tahun berlalu
Lama juga,  pikirku
Kok saya begini,  diusia ini
Hanya begini saja

Dengan hobi yang sama diwaktu kecil
Dengan aktivitas yang sama diwaktu usia remaja
Dengan teman yang sama diusia kemarinnya
Kok begini-begini hidup
Apa yang spesial?
Hmm,  apa memang seperti ini hidup yang sebenarnya
Atau ada sisi lain yang membahagiakan
Apa ya?

Aku bertanya-tanya diusia 24
Kepala dua,  muncul lagi dikit

Aku kenapa ya?
Bertanya-tanya
Kemarin kamu aman saja
Kenapa sekarang diserang influenza
Teman kamu mungkin ada yang sakit, kamu tertular
Salah pergaulan

Aku diusia 24
Menjelma menjadi wanita yang ingin dikatakan dewasa
Sosokku menjulang memandang yang lain
Penuh keajaiban, penuh pesona dan penuh tanda tanya
Tanda tanya tanpa ada pertanyaan
Pertanyaan itu datang dan menghilang
Tanpa ada jawab datang
Hanya numpang lewat

24. 25. 26. 27. Dan seterusnya
Aku tumbuh menjadi wanita
Wanita yang aku lihat pada diri ibu
Demi segala kemanisanya
Semua akan melebur
Dalam wajah wajah tersungkur
Mengadu pada rabb
"aku wanita, aku mau menjadi ibu"

Sendirian lagi

Kemana aku bisa pergi
Jika jiwa ini kamu tawan dalam janji setia

Kemana aku harus berlari
Jika kaki ini berpijak dalam rantai mahligai

Kemana aku mengadu
Semua berlalu tanpa permisi dariku

Kemana aku berteman
Jika dalam tembok ini hanya ada aku dan kamu

Kemana aku harus menatap

Kecurigaanmu membawa wajah ini tertunduk
Menatap apa yang ada dibawah tanah

Disanalah tubuh kita berpisah

Sendiri
Sendiri

Atas nama cinta, menderitalah

Kita bertemu dipagi itu
Lewat hembusan angin dingin
Yang merapatkan mantel
Hanya berdua di tempat itu

Angin semilir
Menerpaku padamu
Membawa salam kehangatan
Lewat ejaan yang tidak sempurna

Bertukar nomor,  seperti biasa
Meminta izin untuk mengenal
Dan mulai membuka hati
Menerima semua keluh
Memberi semua harap
Dan berjanji untuk saling sapa

Apalah daya hati
Menerima rempahan sisa sisa tadi malam
Masih menghangat dalam ingatan
Menjelma menjadi kasta jiwa

Aku terduduk lemas
Menerima hati yang abstrak
Memenjarakan rindu dalam nestapa
Memohon untuk saling merindui

Aku salah,  katamu
Membuatmu larut dalam hayal sepi
Memenjaramu dalam kasat mata
Dengan janji terdustai
Engkau terkapar tanpa kata
Meminta bebas dalam ketakutan
Dan aku tidak mampu membebaskanmu
Atas nama cinta
Menderitalah seperti yang lainnya

Memohon

Bener - bener
Saya tidak mampu atas diriku sendiri
Disaat seperti ini
Hati kecil berkata

Ya Allah,  saya hamba-Mu yang dhoif
Janganlah seperti ini menyiksa hamba
Hamba salah, ampunilah

Sesungguhnya kasih sayang-Mu meliputi langit dan bumi
Kemana lagi saya menghamba?
Memohon pertolongan
Jika bukan kepada-Mu
Padahal, saya tidak punya kuasa atas diri hamba sendiri

Bertemanlah bunga

Teman kamu siapa?
Kamu siapa?

Apakah iya,  bunga tumbuh bersama bunga lainnya
Agar indah
Ataukah bunga tumbuh sendirian
Agar exotis terlihat
Atau dia berbunga dimana saja

Alangkah indahnya bunga
Dirangkai dalam bejana
Mewarnai mata
Dengan aneka rupa

Jangan sendiri bunga, keindahan itu
Adalah milik semua

Berbunga sendiri hanya menimbulkan keindahan
Secara implisit
Berbeda dengan engkau bersama yang lain
Akan lebih menakjubkan

Berjalan diatas Jalan-Nya

Tadi aku jalan,  jalan,  jalan.  Jauh sekali.
Aku lelah
Aku ingin istirahat sejenak
Merenung sejenak
Mengapa aku jalan sejauh ini?

Sia-siakah?
Atau mendapatkan berkah?

Hanya dengan banyak beristighfar
Meluruskan niat
Dan terus beramal
Memohon, ya Allah tetapkanlah aku dijalan yang engkau ridhoi
Jauhkan hamba,  dari jalan yang sesat

Rabu, 30 Oktober 2019

Kemana harus mencari

Kemana lagi saya harus mencari
Kalau tidak pernah aku temukan ide

Kemana lagi aku mencuri
Jika ide itu menghilang lenyap

Kemana lagi aku
Kemana?

Kaupun tidak tahu kemana aku harus pergi

....

Terlalu lama kamu mencari
Hingga kau tidak perhatikan
Ujung jari kaki sudah memanjang kukunya
Kamu terlalu lelah mencari

Bertanya-bertanya
Tanpa kau perhatikan tanganmu
Sebuah mangga busuk
Lupa kamu makan tiga hari yang lalu
sudah ada makhluk hidup lainnya

Kaupun tidak memperhatikan
dirimu kelelahan mencari

Mencari mencari
mencari apa?

Bisikan Lelembut


Berputus asalah, kamu. Bisiknya lembut
Selembut angin menerpa wajah manismu

Aku akan menjadi teman setiamu. Mengalun lagu dalam riuknya ombak

Aku panjangkan anganmu. Semua akan indah. Semua indah hanya dalam angan. Harapan-harapan muncul dalam kemalasan. Kemalasan berkuasa atas diri. Dan hanya bisa berangan tanpa bekerja

Ayo, kita bekerja dalam semu. Dunia memang semu. Salah siapa kamu jadi manusia. Mengutuki langit yang menurunkan hujan. Mengutuk bumi tempat berpijak. Mengutuk laut yang tidak bisa berbuat apa-apa

Kamu jahat. Kamu baik. Sama saja. Mengapa tidak menjadi keduanya? Disesuaikan dengan kondisi. Itu salah tuhan. Menjadikan manusia dengan dua sisi magnet yang saling tarik menarik.

Benar, itu salah tuhan. Tidak salah jika kamu menjadi tuhan. Aku bisa bantu kamu. Sepertinya akan lebih baik jika demikian.

iya. iya. iya
Ayo laksanakan jangan hanya malas

Jahat

Kalau sudah begini
Anginpun terasa jahat
Matahari jahat
Semua manusia jahat
Tuhanpun jahat

Akupun jahat

jahat
jahat
jahat

(menangis)


Menculik Kamu

Bila nanti aku bekerja keras
untuk mencuri hatimu
janganlah engkau bersembunyi
seakan menolak permohonanku

Jika nanti kamu sudah aku curi
aku akan lepaskan kamu
agar kamu bahagia
dengan cara kamu

Jika kamu telah bahagia
ketahuilah dimana kamu harus pulang
Mengistirahatkan diri sejenak
dan berbagi dengan apa yang kamu punya

Aku menculikmu
bukan untuk sebuah kejahatan

Sepertinya pernah kenal

Kemarin kita bertemu
Saling memandang
Seakan pernah mengenal

Namun memori berkata tidak

 aku palingkan wajah
tanda kamu bukan takdirku

Kerja Rodi

Aku jadi gila
Saat tahu namamu
Seperti ikan naik ke daratan
Mengelempar tidak karuan

Aku bekerja siang malam
hanya mendesku kumpulkan
aku susun hati-hati
aku bongkar ripsikan dirimu

Pazel-pazel aklagi
dan aku susun kembali
Begitu terus
Sampai larut malam
dan aku lupa siapa namamu

Paginya
Ucapan "selamat pagi"
Membangkitkan aku untuk bekerja kembali
Melelahkan diri
Hingga tertidur kembali

Aku lelah
Merajaimu namun kau tidak mau menjadi rakyat

Aku lelah
Bekerja sendirian dan kamu berabai disana

Aku lelah
Ingin mengakhiri namun aku masih mau bekerja keras

Bingung

Aku bingung saat ini
Memandang lurus dengan otak berputar-putar
Memilih-milih
Mana yang mana
Membingungkan,

Semua rasanya benar
Semua rasanya salah
Semua benar dan salah menjadi satu

Mana yang bagus
Mana yang sebaiknya saya lakukan

Apakah ini bisa
Apakah ini berguna

Ya Allah, aku kembali padamu
Bantulah hamba memilih
Mana yang baik dan berkah untukku
Untuk orang lain
dan mendatangkan manfaat

Sabtu, 26 Oktober 2019

Kerja-Bekerja

Bekerjalah terus
Bekerjalah mencari rezeki
dengan kedua tangan

Jangan digengam
itu tidak bisa dipakai untuk memberi atau menerima
bukalah tanganmu
biarkan dia bekerja

Menyusuri tiap-tiap helaian
Memindahkan rezeki
Terus menerus tanpa henti

Bekabar tanpa jeda
Menanyakan perihal
Adakah sesuatu
yang bisa disentuh dan menjadi yang lainnya
atau meneruskan
Rasa cinta yang belum sampai