Kamis, 28 November 2019

Menunggu

Malam, aku menunggu pagi
Siang aku menunggu malam

Terjebak dalam menunggu

Rabu, 27 November 2019

Pengen ini-itu

Pengen ini
Pengen itu
Pengen ini
Pengen itu
Semua dipengenin

Sampai lelah sendiri dan tidak pengen apa-apa

Faces

Kalau sudah sampai pada titik ini
Saya pasrah saja,  takut kekhawatiran yang berlebihan
Akan membunuhku dari dalam

Ya anggap saja aku sudah berjuang mati matian
Yang pada akhirnya hanya sampai disini
Disini saja tidak lebih
Tidak juga kurang

Aku takut
Aku bunuh rasa takut
Aku khawatir
Aku bunuh rasa khawatir
Aku berdoa
Aku terus berdoa, semoga baik baik saja

Kepada siapa lagi aku berserah

Belajar

Mintalah Ilmu yang bermanfaat kepada pemilik ilmu
Jangan sombong
Teruslah berusaha
Karena ilmu tidak terbatas,
Harus tekun,  terus mengerakan semua kemampuan untuk bekerja
Memperbaiki keadaan
Jangan malas untuk membuat perubahan
Teruslah, karena waktu akan ditanyakan kemana dia dihabiskan

Menjaring rasa sepi

Malam,  dingin aku menjaring diriku
Menangkap bayangan halus masa depan

Kusimpan di bawah kasur
Kujaga agar tidak ada yang mencuri
Dan menjadikan teman tidur

Bayangmu juga lewat tapi kubiarkan pergi
Tetap saja disini menganggu

Katanya mau menemani
Rasa sepiku yang mengigit
Agar aku semakin sepi

Perkara lain

Bagaimana pun aku mau
Sayangnya aku tidak mengenal diriku
Bisa jadi ada hal
Sulit yang akan menyulitkan
Disaat hajat terkabulkan

Mintalah,  Insya Allah akan diberi
Yang bagus agar,

Mintalah yang terbaik agar kamu tidak menyesal mengenai perkara yang menyulitkan

Yang kumau

Tiada prefensi untukku mengenai waktu dan tempat
Bagiku bumi bersama 24 jam berlaku adalah ketentuan
Tiada kesulitan untuk bersyukur dari rasa sakit yang menggila
Kecuali Allah bersama kita

Dia yang kumau
Yang telah menjaga ketaatan diri pada sang pencipta dengan
Sebaik-baiknya,  lembut peranginya dan mampu menjadikan aku sebagai istri yang baik
Memberikan kesempatan untuk menjadi bagian dari kehidupan
Dan terus berlaku adil

Aku yang mau dia,  hanya Allah sebagai sandaran
Saat musim paceklik, dimana semua hilang tertelan
Hingga rasa kehilangan tersisa
Dihirup setiap hari hingga menjadi makanan yang membuat kita kenyang

Setidaknya saya mempersiapkan diri
Mengenai kelak apa yang akan mencekik
Itu saja,  akan ditambahkan sesuai kebutuhan

Peduli

Tiada yang peduli denganmu
Jika kamu tidak bertanya?

Ah,  sudahlah
Anak anak kecil hanya ingat ibunya ketika lapar dan takut

Perayaan Ulangan

Seharusnya 2 hari yang lalu, tepatnya tanggal 26
Aku merayakan, sebut saja ulang tahun
Bukan tiup lilin, aku blow my mind
Memetakan ulang,  kehidupan kecil yang aku jalani
Mengaris-garis sisa kehidupan sebulan yang lalu
Seperti nyeri, asal nyeri,  kemana nyeri dan obat nyeri.
Semua terdeskripsi dalam satu bentuk ketahanan tubuh menghadapi krisis

Kemungkinan terjadi terulang, tidak menyusahkan kembali
Seperti dulu

Mengatur ulang jadwal,  mengisi ulang jadwal dan memperhatikan jadwal
Kemana harus perginya waktu dalam sehari

Oh ya keuangan,  bukannya dipersempit
Seharusnya membuka peluang agar uang datang, ngak sulit jika ada

Jalan jalan sudah dibangun dan diaspal
Hanya kamu yang bisa memutuskan kemana arahnya

Kerja sebagai passion kamu,  bukan passion orang
Berhenti meminta ini itu, kerjakan semua sendiri dengan kolaborasi unggul

Belajar sebagai kebutuhan agar memerdekan diri dari kemiskinan absolut

Tidak kemana mana bukannya mati, teruslah berjalan membuat kesepakatan baru yang bisa kamu lakukan
Buatlah dirimu menjadi dirimu
Bukan seorang yang lain?

Ini ulang tahunku,  aku yang membuat perayaan
Aku merayakan sendiri dengan kebijaksanaan seperti angin yang datang membawa kabar

Melupakan mau yang ada

Ada rasa yang bikin sakit
Menangis dan pilu

Mengkhawatirkan dan terus mencari perhatian
Memohon belas kasih dan mengacau hari
Membuat mood naik turun
Seperti roller caoster

Entahlah,  maunya gimana?
Tiada jawab saat ditanya
Tiada angguk tiada geleng

Diam,  diam tok

Kalau begini,  sebaiknya kamu
Berpura-pura tiada terjadi apa apa
Dan melupakan semua mau yang ada

Shadow

Lalalalalla

How could be
I am lonely, making love to you
And try to cry on your shoulder

Without you
I take this way
In deep breath

Aren't a live?
To give me to you

Lalalala

I make dance
Without wind
To pursue me in beach
Let me in

Just allow
I make your self alive
Beside me
In different shadow

Sayap

Diusia ini
Sayapku tumbuh, tanpa aku sadsri

Bukannya terbang ke angkasa
Aku mengikuti sekelompok
Bebek yang akan mandi di sungai
Membasahi sayap
Begitu seterusnya
Hingga lupa, kalau sayapku
Harus dilatih untuk bisa terbang tinggi

Bersabar

Kamu dimana
Semua musim berlalu
Dan kamu belum kutemukan

Kemana aku harus mencari
Jika kamu hanya ada di hati ini
Tidak berwujud

Haruskah aku lebih bersabar
Menahan diri menyebut nama secara random

Datanglah,  hiasi rindu yang tidak bernyawa ini
Biarkan aku, aku menyebut namamu setiap pagi

Dan menemani dalam bersama

Selasa, 26 November 2019

Yang terlalu

Semua sama di awal
Penuh curiga

Dan antisipasi

Sejalan waktu

Yang terlalu bikin rindu
Yang terlalu bikin sayang
Yang terlalu bikin marah

Dan yang diam bikin tersiksa


Disiksa Rindu

Kemarin kamu bilang apa
"Rindu"
Lalu engkau pergi tanpa pamit

"Marah"
Engkau mengecupku,  dan tidak ingin
Ditinggal pergi

"Benci"
Kau eratkan pegangan tangan
Seakan hidup singkat untuk berjauhan

Lalu aku gimana sekarang
Marah, benci ke kamu
Seharusnya

Namun, kepergiaanmu
Membawaku ke kerinduan
Yang berujung pada ketersiksaan

Hujan, tetap disini

Hujan
Kenapa berhenti
Kerinduan ini belum tuntas
Masih seperti kemarin
Gersang, belum semi
Tetaplah disini
Beberapa saat

Membuatku bangkit dari kematian
Membuatku hijau dan indah

Tetaplah disini
Menghalau kemarau yang menyiksa
Menghalau debu yang singgah dimata

Menghalau rindu yang tidak bertemu

Hujan

Kerinduaan bumi pada langit
Seperti seorang gadis jatuh cinta
Merayu terus meminta untuk datang
Menyirami dimusim  kering

Rindu terus mengema
Menggedor pintu langit
Agar mereka turun,
Karena haus sulit ditahan

Disebut dalam kelelahan
Ketidakberdayaan

Dan meminta belas kasih untuk tercurah

Kamis, 21 November 2019

Pergi ke Surabaya

Dimana aku bisa mendapatkan diriku
Dqlam gairah menulis yang tidak henti
Terus berlari mengajar layangan
Seakan tidak ingin ditinggalkan

Diriku ini
Sedang diterminal
Ingin kesurabaya
Namun masih di terminal Daya, Makassar

Benar jija memang salah
Kemana aku harus pergi
Jika jalan yang saya pilih salah

Jalan yang kuambil salah

Berlari
Berganti arah
Memutar waktu atau berjalan saja
Asal sampai di Surabaya

Lewat mana saja asal sampai di Surabaya

Ngak usah neko,  jalan dulu ke mana tadi?
Surabaya

Selasa, 19 November 2019

Kata ganti

Satunya kehidupan yang aku analisis
Adalah kamu
Yang membuatku berpikir
Bahwa aku butuh berjuang
Agar bisa berdiri tegak
Menghadang badai

Kamu yang
Yang membuat aku berhenti untuk tidak berpikir
Agar hidup ini adalah hidup
Mengerjakan hal yang sulit
Sebagai bentuk kehidupan

Lama rasanya aku berdiri
Namun tidak lelah
Karena aku sadar
Aku harus belajar berdiri lebih lama lagi
Dan menikmati salah satu
Cara semua terasa indah

Bersamamu
Itu membuat aku
Tidak berpaling dari kata ganti sebelumnya

Minggu, 17 November 2019

In side

Go inside me
Find me in everything
Tell me

There are a wide earth in
And tell me
You are souspious


Sabtu, 16 November 2019

Mencari Seharian

Seharian ini kamu dimana

Aku sendirian menatap pohon
Menatap langit
Dan menapaki jalan kering

Sepertinya hujan lupa dengan jadwalnya
Atau jadwalnya diundur
Atau dia berpindah tugas

Berlalanglah mereka
Menghalau hidup yang menyulitkan
Mengais diantara kemauan
Dan jalam yang makin panas

Aku disini
Menghalau nasib dalam pencarian
Yang kamu sendiri mencari yang lain
Yang tidak diketahui

Jumat, 15 November 2019

Cemara

Aku sudah cabut itu cemara
Kupindahkan dihati yang berbeda
Kubiarkan dia tumbuh
Meninggi
Hingga menyentuh langit yang biru

Diujung situ
Mata ini, mengintaimu
Mencarimu setiap detik
Dan bertanya "apa kabar? "

Kamu tidak akan lari kemanapun
Lemparanku akan mengenaimu
Agar kamu sakit dan kembali lagi
Kebawah pohon cemara kita
Dulu

Kamis, 14 November 2019

Aku dan Puisi

Aku pengen menulis puisi yang puaannjang

Yang bisa menembus perasaan
Orang yang sedang bersusah hati
Atau yang sedang bekerja keras

Puisi itu ingin aku hadiahkan kepada mereka
Yang sedang bersama atau sendirian
Atau yang sedang menunggu waktu

Puisi itu harus berjudul mengenai kita
Kita yang sedang berjuang untuk melewati jalan lain dari kehidupan
Atau sedang berlelah hati dengan masa ini

Puisi itu
Adalah suara yang tersampaikan pada angin
Menerobos merasuki manusia
Menjadi lebih bijak dalam memilih hidup

Aku kah puisi itu
Yang terlupakan untuk ditulis
Diantara waktu yang lalu
Dan menghilangkan pesona

Akukah itu, saat puisi tidak terucapkan
Dalam bisu di hari menjelang malam yang sepi

Aku bukan puisi itu jika bukan kamu yang menulisnya

Hati yang kurang hati-hati

Semua milik-Mu
Dia yang disana berhati mulia
Dan saya disini yang ingin berhati mulia

Kedua hati itu dalam penjagaan
Mengapa, engkau pertemukan?
Apakah hanya untuk saling menguji
Ketaatan pada-Mu

Khilafkah mereka
Jika "iya"
Bagaimana bisa bersama dalam peraduan
dan samudra Cinta kasih-Mu

Mereka yang berhati-hati
Namun, tidak kuasa menolak hati
Yang datang dengan hati hati

Seperti cerita lama, yang dikisahkan
Dan tidak bisa dielak
Untuk tetap diikuti
Karena hati itu adalah hasil dari perhatian

Arti Pernikahan

Pernikahan itu
Untuk  mensucikan
Anak manusia

Mengembalikan pada fitrah
Sebagai manusia
Jadi ikuti
Aturan dalam pernikahan

Tidak usah berlarian kesana-kemari
Coba-coba hal baru,  katanya
Hanya mau menggali kubur sendiri
Dan mati dengan cara sendiri
Itu tidak bagus
Untuk kesehatan jiwa manusia

Rumah

Rumahku adalah kamu
Mengapa engkau menutupnya
Tidak membiarkan saya masuk
Haruskah aku menunggu di depan pintu
Berharap engkau keluar dan saya bisa masuk

Atau engkau mengharapkan saya mencari rumah lain
Seperti yang sudah sudah

Itu sulit, bahkan menyulitkan saya
Karena aku tidak mampu
Untuk menjual rumah
Yang aku sayang

Aku akan bersabar
Sampai di akhirnya
Aku berhenti
Dan membuat rumah baru

Mungkin kamu bahagia
Atau kamu akan menderita setelahnya
Aku tidak tahu
Hanya saja,  setiap yang sakit akan sembuh

Jawaban yang benar

Coba kamu bertanya, kepadanya
Kenapa?

Seribu jawaban tidak akan diterima
Karena itu bukan mau kamu

Jawaban yang benar

Sesuai dengan harapan penanya
Bukan fakta atau opini

Hati ini tersembunyi
Tapi kebahagiaanya nampak

Seperti bunga

Lagi pengen menangis

Semua berjalan
Termasuk
Aku yang lagi menangis

Ngak kenapa-kenapa
Pengen menangis saja

Rasanya menangis lebih indah
Daripada tertawaku

Menangis membersihkan hati
Yang gulana
Karena ngak di tau apa maunya

Bukan tidak ditau
Hanya saja,  mau menyulitkan saja

Lagi apa?

Eh,  kamu lagi apa?
Lagi rindu sama bulan
Yang menghilang
Ditelan waktu


Eh,  kamu lagi apa?
Badai yang kejam
Membuatku berterimakasih
Telah menguatkan aku berpijak

Eh,  kamu lagi apa?
Tidak lagi apa-apa
Tidak ada yang bisa diapa-apakan
Jadi hanya berdiam saja

Eh,  kamu lagi apa?
Hati ini terpaut
Sayang, dianya hanya monster
Aku bingung bagaimana ini berlaku?

Eh,  kamu lagi apa?
Kerja
Jangan banyak bertanya kalau
Tidak penting,
Urusi hidup kamu

Eh,  aku lagi apa?
Sibuk, mempersiapkan masa depan
Yang ada ditangan-Mu


Selasa, 12 November 2019

Jika Rindu

Jika rindu katakan rindu
Jangan hanya diam
Menatap langit langit kamar
Biarkan kita bicara
Lewat bahasa sederhana
Seperti yang diajarkan
Mereka kepada kita

Tidak tahu

Ngak tau,  ya apa ini?

Semua bergerimis

Seperti hujan

Yang terkumpul

Aku menulis,  karena hati lelah berkata
Tanpa ada telinga
Yang mau mendengar
Dan orang yang mengikuti

Semua menghujani
Rasa rasa yang ada

Kadang keras, lembut atau datar saja
Bahkan bercampur

Seperti memamah
Berharap semua hancur
Dan terambil semua

Jarak

Rasanya
Seperti lagi bertemu dengan jarak
Yang makin menjauh
Karena lelah dengan apa
Diantara kita

Seperti hujan
Yang menembus jarak
Dan sampai
Ke tanah

Lantas aku 
Tidak bisa menemuimu
Walau tanpa jarak diantara kita

Karena jarak itu
Antara hati yang saling menjauh

Senin, 11 November 2019

Rindu tidak berucap

Kalau rindu tidak boleh dikatakan
Kepada siapa mawar meminta air

Dalam diamnya
Iya meratap ke bumi
Berembunkan untuk hidup

Lantas saya
Berdiam diri
Menahan sesak
Biarkan saja,

Itu kejam,  saat rindu
Disesap kembali dalam relung
Menyiksa kata hati
Yang tidak tersampaikan
Biarkan
Dalam diam dia berbahasa
Halus,  memuluskan kata hati

Ikhlas

Keikhlasan adalah
Aliran yang engkau alirkan
Pada hati yang jenuh dan tidak dapat berpijak

Seperti ini saja

Ya sudahlah seperti ini
Saya bercahaya seperti bulan
Dan engkau bersinar seperti matahari
Kita bertemu di akhir pekan

Kita bertemu untuk saling
Menatap
Mengukur
Menimbang
Dan pergi

Begitulah hidup
Hanya kadang sebagai persinggahan
Sesaat, lalu pergi tanpa pamit
Atau
Dibiarkan saja biar usang

Minggu, 10 November 2019

Musim berlalu

Musim mangga,  musim dingin berlalu
Musim hujan,  musim kemarau berlalu

Mengapa musim yang berlalu
meninggalkan rasa yang sama
Sama sama masam, dan terasa tidak enak

Sabtu, 09 November 2019

Menyerah lagi

Kembali ke bentuk awal,  dan
begitu begitu terus
Sampai lelah dan menyerah
Sampai sadar semua sia-sia


Takut, takut lagi

Sekarang saya takut dengan apa
Yang telah saya lakukan
Membuat semua jelas
Namun beresiko

Berisiko
Dengan semua yang telah berlalu
Mungkin saya lebih baik pura-pura
Tidak tahu dengan apa yang terjadi

Seakan tiada Tuhan

Saya mengemis
Seakan tiada tuhan

Saya menangis
Seakan tiada tuhan

Saya mengutuk hidupku
Seakan tidak tuhan

Yang saya lakukan tanpa rasa malu
Seakan tiada tuhan

Biarkan saja semua berlalu

Panas
Biarkan saja

Dingin
Biarkan saja

Aku disini
Biarkan saja

Biarkan saja semua berlalu

Siang yang bekerja

Berlalulah malam
Biarkan siang memeluk dengan kehangatanya
Biarkan siang mengajariku berjalan
Bekerja,  dan menepi

Biarkan siang membangunkan
Membuatkan rumah untuk malam
Dan bekerja hingga lelah

Biarkan siang mengajarkan aku bicara
Pada apa saja
Yang membuatku setegar gunung
Selembut angin
Dan sebaik pohon

Biarkan lah siang berfungsi semestinya
Untukku, untuk semua

Jalan Hidup

Semua orang berjuang untuk dapat
Berjalan dengan kakinya sendiri
Makan dari kedua tanganya sendiri
Dan terus berlari untuk sebuah harapan

Aku disini mengeja kata kata
Yang bisa membuat aku
Berjalan
Dengan kedua kaki ini
Makan
Dengan tangan ini
Lalu berlari
Tidak mau sendiri

Aku mengeja setiap jalan hendak aku tapaki
Dan berdoa setiap langkahku
Hingga aku dapatkan diri
Diatas titian Mu

Bersama mimpi

Kadang aku mikir,  mimpi ini terlalu gila
Banyak hal yang tabu untuk dilakukan
Namun,  saat kubaca kitab
Tiada salah diantara mimpi itu
Hanya mungkin sedikit pendekatan

Kalau sudah begitu
Hal apa yang membuat kita
Berhenti. Menatap kanan kiri
Dan bertanya,  apakah saya sendiri?

Oh, tidak. Anda bersama mimpi anda untuk maju
Bukan bersama si Anu

Semua Benar

Aku kaget
Semua begitu nyata
Seakan hidup tidak tersia-siakan
Seakan setiap doa akan terkabulkan
Seakan jalan ini menuju ke destinasi kita
Seakan hidup ini dimudahkan
Seakan kita memang diberikan karunia seluas langit dan bumi
Seakan kita hidup sesuai ketentuan
Seakan kita hidup sudah ada jaminan sesuau dengan kemampuan
Seakan semua akan baik baik saja
Seakan aku tidak sendiri
Semua sudah ada yang mengatur

dan Allah adalah itu semua

Mimpi

Mereka itu bisa
Melakukan apa yang menjadi mimpiku

Mimpi aku, mimpi seribu orang
Aku berjuang untuk saya

Dan mereka berjuang untuk mimpi mereka
Dan mereka berhasil mewujudkan
Luar biasa

Saya,  saya harus memulai membangun
Sebuah rumah untuk minpi saya
Lakukan sedikit demi sedikit menuju kesana

Pasti bisa
Karena Allah lebih dekat dari urat leher
Dia akan mengaruniakan kerajaan kepada
 Yang dikehendaki
Begitu pula mimpi
Doa itu akan terkabulkan lewat jalan Nya

Doa

Ya Allah
Tetapkanlah kaki ini diatas titian
Janganlah gelincirkan ke jalan yang sulit

Engkau maha pengampun, ampunilah hamba ini

Jumat, 08 November 2019

Belari

Kubaca setiap lariknya
Kupahami setiap hurf nya

Kurenungkan isinya
Kuamalkan perintahnya

Setahap demi setahap

Aku berdoa,  ya Allah saya berserah diri
Pada agama yang engkau ridhoi
Bimbinglah hati ini untuk cenderung
mengikuti Al quran dan As sunnah

Maafkan dosa hamba,  janganlah engkau hukum
Diluar batas hingga hamba berlari menjauh dari
Kebenaran

Menyerah

Aku menyerah kalah pada waktu
Yang membawaku melaju terus
Mengulitiku hingga ke tulang
Untuk membicarakan sebuah kerinduan

Kemana lagi, jika muara sudah penuh
Tidak mungkin aku ambilkan
Tempat lain hanya untuk menyesakkan rasa ini
Biarlah
Aku menjadi arang yang telah
Dibakar api
Menyisakan gelap tidak ditembusi
Oleh cahaya baru
Biarkan ini berlalu pada kata terakhir yang kau ucap
Ya kata terakhir
Dalam bisikan kematian

Dicekik Rindu

Kalaunya aku sedang rindu
Kepada siapa aku sampaikan rasa ini

Bulan bintang hanya menatap sendu
Melihat kesedihanku

Mungkin dia memintaku
Bercerita, menggulana
Namun apalah daya
Berkatapun aku tidak sanggup
Menerjemahkan rasa di hati pun
Aku tidak sanggup

Hanya angin yang kuminta membawa pergi
Biarkan aku berdikari seperti dulu
Tanpa selubung rindu
Yang mencekik hati

Kamis, 07 November 2019

Sia sia

Angin malam
Yang merasuk ke hati

Menggoda untuk terjaga
Meneguk bara
Yang tidak pernah padam
Menelan bulat
Kebimbangan

Antara setuju dan tidak
Hanya ada satu kata
Diam
Dan semuanya tidak bekerja untuk
Memadamkan kata

Masih terurai memanjang
Hingga ke dinding gua
Bergelanyut meminta asa

Sayang,  terabaikan oleh waktu
Terabaikan oleh manisnya kebersamaan
Sia sia lah dia

Rabu, 06 November 2019

Kalau bulan bisa apa?

Kalau bulan bisa ngomong

Dia jujur tidak akan bohong

Seperti anjing yang melolong



Dan aku kehabisan kata kata

Aku gendong rembulan

Ku kantongin bintang bintang

Segera ku bawa pulang


Bulan tidak bisa ngomong

Kalau memang ada rasa yang
Tidak bisa kuwakilkan

Untukmu untuk mu

Tiap hari aku teriak teriakan namamu

Ada cinta yang terlalu

Ada rindu yang terlalu

Yang cepat berlalu berlalu padamu

Semua perasaanku tertuangkan pada lagu

Seperti anjing melolong

Sayang bulan tidak bisa ngomong

Tentang cinta, cinta kita

Aku kehabisan kata kata

Sebentar aku kelangit

Untuk mu ya untukmu

Kejamnya kamu,  memberikan rasa sakit
Tanpa mengetahui rasa itu

Hanya berucap,  berucap saja
Tanpa merasakan

Sakit itu bagaimana

Aku ingin menangis,
tapi tidak ada yang aku tangisi

Kenapa tidak ada kesabaran sedikit saja
Biarkan mengisi ruang diantara kita

Biarkan aku kuat,

Sakit ini hanya sampai disini
Dihati yang rapuh
Yang sulit untuk berkata kata
Karena tidak ada yang peduli
Tidak ada yang mendengar

Biarkan rasa itu busuk
Biarkan dia busuk disitu

Ingin sekali aku berkata
"tetaplah tinggal sejenak"
Biarkan aku disini
Menatap apa yang bisa dirasa

Jika seperti ini,  aku hanya pasrah
Biarkan berlalu,  namun ini sudah terlalu

Lalu aku bagaimana?
Berdiam,  dan akan pergi

Move on itu susah,  sangat susah
Dan kau buat aku tersiksa disana

Antara benci, yang tidak tersampaikan
Antara cinta yang terhambat

Antara kesalahan, dua orang bertemu dan bercakap






Dihapus

Seperti hujan yang diserap tanah
Sebagian menguap

Begitupula cerita ini

Akan terhapus oleh cerita selanjutnya
Terlupakan,  mungkin

Untuk apa disimpan?
Jika hanya menyiksa
Menyulut luka lama
Yang tidak kunjung sembuh

Gilanya, aku

Bisanya saya begini
Begini saja

Tidur tidak bisa
Makan sulit
Minun malas

Maunya, apa?

Maunya ngak kenapa kenapa

Gilanya

Manusiajikah?

Kok ngak ada maunya

Sepertinya ada yang salah
Atau lagi butuh vitamin sea

Taulah gelap

Kerinduan


Biarkan rindu membakarku
Menuntaskan hal yang sia-sia

Rindu ini hingga ke laut dan menjadi mangsa
Dan kau masih pada cerita lama yang tidak ber peri
Biarkan aku menjadi debu
Yang hinggap pada daun daun kering
Dan terbawa anggin

Aku rindu karena kamu yang jahat
Meninggalkan tanpa ada rasa

Biarkan rindu ini mati
Bersama berakhirnya musim kemarau

Lelah sekali rindu tidak bertepi
Seperti kapalmu yang melaju terus
Kehabisan bekal untuk makan
Akupun demikian dalam kerinduan

Selasa, 05 November 2019

Mengundang badai

Pergilah,  ke ujung dunia
Pergilah,  menatap cakrawala
Pergilah, menuju kebahagiaan hakiki
Pergilah,  hingga kamu ingin pulang

Aku disini,  dirumah kita
Aku disini,  menundukan hati untukmu
Aku disini,  sendirian menata sepi
Aku disini,  menanti kedatangan angin
Yang membawa kebahagiaan itu

Bila hati sudah terkunci
Biarkan dia tertutup
Hingga kau datang membukanya
Biarkan dia dalam nestapa kerinduan
Hingga kau sirami dengan bunga kenanga

Hati yang sepi,  meranggas
Meminta hujan dalam kemelut jiwa
Engkau tidak datang adalah racun
Yang melenyapkan jiwa dalam harap
Engkau tidak kembali
Biarkan angin yang membawa pergi

Aku berdiam, menyuapi kesedihan
Menatap cakrawala yang bosan
Dan mengundang badai
Agar aku tidak bersedih lagi

Perpisahan dengan Angin

Semalam, kamu yang meminta aku
Untuk tetap duduk disini tanpa menanti
Jalani hidup sendiri-sendiri
Dan aku pasrah menerima tawaran itu
Bagiku,  terserahlah apa yang kamu mau
Asalkan kita sama-sama bahagia
Karena kamu menjual optimisme
Akupun membeli yang kamu mau
Tiada kerugian bagiku
Untuk duduk manis disini
Tanpa penantian

Luka,  biarkan dia mengering seiring waktu
Biarkan dia kembali seperti dulu
Tidak akan lama,  batinku

Biarkanlah hati yang berbisik
Berbisik pada langit yang menurunkan kehidupan
Memberikan takdir apa saja kepada kita

Hanya menerima dan sadar,
Inilah jalan hidup, yang kita harus jalani

Layangan putus

Kita adalah layangan
Yang terbang meninggi melawan arus
Memilih milih badai yang menerpa
Kalau bisa jangan yang yang terlalu ganas

Takutnya bakalan putus,  lalu
Mengutuk badai
Mengutuk layangan 
Dan tali
Dan layangan lainnya 

Kita adalah layangan yang mulai meninggi
Harap harap cemas
Menantikan badai yang akan datang
Harap harap cemas
Memegang kendali tali
Harap harap cemas
Memperkirakan tekanan angin
Harap harap cemas
Dengan setiap keputusan diantara kita

Kita layangan yang ingin putus
Saya kira tidak bakalan putus
Karena, Tuhan menjaga kita

Minggu, 03 November 2019

Rasa Rindu

Saat kurindukan dirimu, kuhanya bisa
Memeluk bayangmu
Yang hadir sekejap
Dan menghilang

Pilu.  Pilu hati ini
Merindui orang yang hilang
Hanya sebentar
Kembalilah
Hanya untuk berkabar
Kembalilah

Aku ingin menolak rindu
Yang datang menerjang
Saat bersantai

Aku tidak kuasa untuk menolak
Rinduku padamu,
Datanglah, jika hati itu
Masih ada ditempatnya

Jika tidak. Biarkan rindu ini menyesap
Bersama waktu
Hilang dalam kelelahan
Karena rindu adalah kata kerja
Dia akan berhenti bekerja
Saat kecewa menggunung

Aku rindu bukan untuk kecewa
Namun,  ingin segera kecewa

Menjadi Insan

Hy,  jalur hidup ditempuh sedemikian rupa
Membekas pada betis,  ngilu
Membuatnya kuat untuk terus berlari

Jangankan, berpilu
Mengucap ah saja tidak sanggup
Semua adalah keadilan
Bagi setiap insan

Apalagi, pohon terus tumbuh
Burung-burung berkicau
Dan akupun begitu

Selama langit masih menjadi langit
Biarkan bumi tetap kupijak

Ini bukan soal dengki,
Ini soal agar tetap menjadi insan

Jumat, 01 November 2019

Rindu Hati

Kalau kerinduan ingin bercerita
kepada siapa dia berbagi?

Semua hati menyimpan rasa
namun rindu terasa berbeda

ingin meledak, seperti gunung api
Ingin mengalir seperti lava
dan menghujani seperti gerimis

Semua berkabung meyaksikan
abu-abu yang merusaki jarak pandang
dia sangka hutan, ternyata kota metropolitan

Aku sedang rindu disini
kamu yang jauh, hanya membaca surat kabar
pagi ini dan melewatkan puisi yang aku tulis
seperti kematian yang ingin disegerakan

hati inipun demikian
namun, penghalang itu terlalu kejam
menyiksa mereka yang senang bermain api
membakar semua hingga engkau tidak punya apa-apa
selain kekecewaan yang ingin segera diakhiri
dengan pertemuan

Kemiskinan

Dimana aku temui dia?

diujung-ujung pakaian kumal
yang tersentuh tanah
berlobang-lobang
menganga, meminta belas kasih

atau di kedua kaki
yang mengeras karena lumpur, tanah, batu
menyatu tanpa alas

atau diantara kemalasan
yang mengigit
yang terlalu mewah untuk dikecap

atau diantara mereka yang memang
suka melihat orang-orang susah
sengaja dibuat-buat
sebagai bahan olokan

"kamu miskin saja, biar aku yang kaya"

hahahaha

diantara sela-sela waktu shalat
aku lihat mereka
berjemur
mungkin sambil berdoa
meratapkan diri
namun enggan move untuk berteduh
seakan
sengaja membiarkan dirinya terkutuk

hmmm
ada-ada aja manusia

Diantara malam aku berbaring
menatap langit yang enggan berbintang
hanya bermendung, memamerkan kemegahan
tidak mau menurunkan air
sebagai pengusa alam, dan juru kunci kehidupan
nelangsa hati memandang diri, memilukan nasib
dan tidak bisa berbuat apa-apa
Hanya bermohon kemurahan sang Pencipta

Di hutan di pagi hari
matahari masih berselimut pohon
orang-orang sibuk bekerja
aku tidak punya apa-apa
tidak punya mata, telinga, hidung dan tangan
kakipun terantai keadaan
orangpun tidak ada yang mau memberiku
akupun tidak bisa membuat sendiri
jadi aku hanya bisa begini saja



Aku tuh yaa

Gampang sekali saya terahlihkan
dari tujuan yang sebenarnya
sukanya jalan-jalan
kayak dipasar gitu

niatnya beli lombok, ternyatanya ngak ada
jadinya beli bedak dan segala temannya

Niatnya beli sepasang sepatu
jadinya berpasang-pasang pakaian

Niatnya mau makan saja
jadinya wisata kuliner

aku tuh yaa
sukanya begitu


hahaha

Maaf lagi khilaf adek, Bang

Sahabat itu

Kita bersama
melangkah menyusuri jalan Ilahi
dengan kekuatan dan kesabaran
menghilangkan nafsu yang menggoda
untuk berbuat jahat

Disini kita berbagi
menguatkan
saling mendukung
dan terus saling menyemangati

di jalan ini hanya sementara
mari pererat pegangan tangan
agar tidak jatuh dalam kesendirian
agar tidak berputus asa saat coba melanda
agar dapat berbagi nikmat yang ada

semua akan terasa indah
bumi yang luas semakin asri