Senin, 12 Oktober 2020

Karma: Nisya dan Luke

 Dimana saya melihat keindahan, selain kejujuran yang engkau ungkap saat aku tidak disisimu?




Setiap perbuatan akan mendapat balasannya, setiap cinta tidak akan selalu bertepi manis. Inilah kisah gila dua orang saja, tanpa ada pihak lain yang ikut campur.

Dua orang berhak menentukan pilihan hidup mereka, namun Tuhan memiliki kata yang tidak diketahui. Itulah mengapa, kita harus diam bersama mendengarkan firman-Nya.

“hi, bisakah kita berbicara sebentar?” Nisya menghalau rasa sungkan di hati dengan sifat ramahnya. Tidak bagus, jika dua orang bertemu dan tidak saling menyapa.

Lelaki yang didekatnya, menoleh. Seakan mengidentifikasi gadis yang sedang memulai percakapan.

“bisa, kenapa tidak? Siapa nama anda?”

“Nisya. Panggil saya Nisya”. Nisya mulai mengidetifikasi lelaki disebelahnya, mencari tanda agar mudah dikenali. Sayangnya, dia tidak mendapatkannya.

berikan aku nama

agar kusebut nama itu

sebagai tanda

ini

dan itu

yang menjadi

kesimpulan yang menarik

“Saya Luke. Apakah kita bisa berpindah tempat untuk mengobrol dengan nyaman?”

“Tentu saja, mari!” Nisya mengikuti langkah Luke. Beberapa centi dibelakangnya seakan mawas diri. Dia telah memulai langkah baru, langkah asing yakni mulai mempercayai laki-laki yang didapatnya di pinggir jalan, diatas jembatan penyebrangan yang sedang menikmati ikan-ikan yang sedang berenang dengan bebasnya.

“Apakah kamu punya pacar?” Tanya Luke tanpa menoleh. Sepertinya masih ada rasa cangung di antara mereka. Maklum, kesan pertam mencurigakan

“Tidak”. Jawab Nisya pendek. Seakan memberi ruang agar pemikiran negatifnya berlalu dulu. Pertanyaan ini terlalu sensitif bagi wanita yang sedang di rundung kesendirian. Sendiri bukan berarti untuk menderita.

“Apakah kamu sudah menikah?” Pertanyaan macam apa ini. Stay positif mungkin dia tidak ingin menganggu istrinya orang sehingga lebih baik mengakhiri segera daripada ada badai tiba-tiba.

“Tidak” Jawab Nisya pendek. Nisya tidak mengetahui apa maksud dari pertanyaannya. Cukup dengan jawaban yang dibutuhkan.

“Bagaimana dengan kamu?” Tanya Nisya balik. Hukum percakapan perkenalan tanyalah balik dengan pertanyaan yang ada. Itu akan memudahkan untuk saling mengenal.

“Tidak dan tidak juga”

Hahahhaha

tertawalah

seakan kehidupan ini 

sangat menyenangkan

tertawalah

seakan kehidupan ini

melupakan kesedihan

Jawaban macam apa itu yang diberikan. Memberikan dua jawaban untuk satu pertanyaan. Luar biasa tingkat kepekaannya.

“Kamu sepertinya orang jauh, kenapa di sini?” Tanya Nisya menyelediki

“saya dari Karnataka, kerajaan jauh disana. Orangnya tidak makan sapi, karena kami menyembahnya” tutur Luke

“Saya dari Macassar, orangnya adalah pelaut ulung. Aku jutuh cinta pada laut dan semua yang ada disana termasuk pelautnya, apakah anda benar-benar seorang pelaut?”

“Iya, saya seorang pelaut. Apakah kamu akan jatuh cinta kepada saya?” Tanya Luke sembari menatap konyol

“Hmmm, sepertinya akan terjadi hal itu sayangnya, aku belum memutuskan untuk itu”. Tampak Nisya berpura-pura berpikir keras tentang kemungkinan yang terjadi. Hal konyol yang akan dilakukan adalah membuat pelaut ini mencintainya.

“Anda berlayar kemana saja, apakah pelayaran lokal atau keseluruh kerajaan di muka bumi?”

“Saya berlayar ke seluruh muka bumi membawa hasil bumi untuk mereka yang membutuhkan”

“Wow! Itu benar-benar menyenangkan, apakah anda bahagia dengan pelayaran anda?”

“Iya, saya sangat bahagia, saya lebih bahagia hidup dilautan lepas daripada hidup di daratan”.

“Wah, itu sangat menarik. Laut begitu menakjubkan sehingga menarik sebagian hidup anda di sana. Apa yang anda dapati dari kehidupan laut?” Nisya makin menyukai percakapan ini, dia begitu terlarut dengan rasa cinta yang ada di hati, begitu menggebu.

“Semua menyenangkan dan membuat saya menikamti setiap perjalanan” kata Luke dalam posisi berpikir bahwa kehidupan ini menyenangkan di lautan lepas tanpa hiruk pikuk kehidupan nyata yang mengonggong ketika mata terbuka sampai terpejam kembali, begitu terus sampai lelah sampai dalam mimpi.

Menyenangkan, seperti apakah gerangan itu?

Ada kehidupan di sisi lain yang menyenangkan untuk di lalui.

“Kamu tidak takut badai?” Nisya semakin curious mengenai kehidupan yang pernah singgah dihatinya dan sekarang menghilang. Badai yang menerjangnya di pelayarannya menuju pulau begitu membekas.

“Kami berlayar diantara badai, tidak ada yang perlu ditakutkan. Hanya saja kami tidak bisa tidur diwaktu badai. Badan kita rolling terus menerus dan membuat kita kelelahan”.

Kenapa badai tidak menakutkan bagi sailor atau sepertinya sailor tidak takut dengan apapun. Sudah terbiasa dengan kondisi tersebut.

Badai adalah kehidupan dia menerpa siapa saja yang dikehendaki orang yang biasa teterpa badai akan bersikap biasa saja terhadap badai, bahkan kamu cenderung menikmati.

Aku mengingat badai yang membawaku pada ingatan yang lain, dimana kematian menjemput dan dosa belum tuntas untuk dibersihkan. Begitu banyak permaafan yang belum tersampaikan. Cukupkah kepada angin kusampaikan maaf kepada siapapun disana yang tersakiti. Cukupkah kepada gelombang yang membawaku sampai disini kusampaikan maaf. Kalau memang ada waktu biarkan saya berbuat lebih banyak kebaikan. Ini begitu menyakitkan, saat tangan sudah tidak bisa menjangkau apapun untuk memegang kendali.

“Mari kita berpisah hari ini, esok matahari bersinar dan saya akan kembali menemui anda disini” Kata Luke kepada Nisya yang masih bengong terhadap peristiwa yang mengigitnya di hari itu.

“Iya, terimakasih atas waktunya”.

***

Perjalanan adalah sebuah kata kerja yang kita ketik di layar 6 inchi. Semua berjalan seperti angin. Tidak terlihat bahkan diragukan bahkan diasumsikan sebagai pertanda. Ini adalah perjalanan pertama kita saat itu, saat kita bertemu tidak sengaja di antara batas bumi.

Aku tidak terpesona padamu, hanya saja aku butuh sesuatu denganmu, mungkin kamu partner yang baik untuk ini.

Kita bertemu lagi, dihari yang sama dan waktu yang berbeda. Karena begitulah bumi tidak suka dengan hal yang sama. Katanya lebih indah jika berbeda seperti gambaran pelangi yang tidak pernah kau tatap lebih dari dua puluh detik.

Semua begitu menyenangkan, semua begitu terlukiskan hingga melupakan kucing yang ada di bawah pohon jambu sudah mulai bisa mengeong. Aku lupa jika kucing mengeong sejak pertama kali dia memiliki bunyi dan bunyi Cuma satu, mengeong. Tidak seperti kita, begitu banyak bunyi yang engkau dengarkan kepadaku, seperti music yang aku temui di pinggir hutan di Bantimurung. Menyisik meninggalkan kedamaian dalam relung.

Aku damai disini dan aku juga merasakan kedamaianmu disana. Seakan aku yang lemah hanya bisa menghabiskan secangkir dan setengah kopi yang kau berikan. Ini bukan tentang cinta, ini adalah pemberian. Berikan saya lebih banyak lagi, agar aku tetap disini bermusik dengan caraku sendiri.

Waktu begitu tidak cukup untuk

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar