Dimana saya melihat keindahan, selain kejujuran yang engkau ungkap saat aku tidak disisimu?
Setiap perbuatan akan mendapat balasannya,
setiap cinta tidak akan selalu bertepi manis. Inilah kisah gila dua orang saja,
tanpa ada pihak lain yang ikut campur.
Dua orang berhak menentukan pilihan hidup
mereka, namun Tuhan memiliki kata yang tidak diketahui. Itulah mengapa, kita
harus diam bersama mendengarkan firman-Nya.
“hi, bisakah kita berbicara sebentar?” Nisya
menghalau rasa sungkan di hati dengan sifat ramahnya. Tidak bagus, jika dua
orang bertemu dan tidak saling menyapa.
Lelaki yang didekatnya, menoleh. Seakan
mengidentifikasi gadis yang sedang memulai percakapan.
“bisa, kenapa tidak? Siapa nama anda?”
“Nisya. Panggil saya Nisya”. Nisya mulai
mengidetifikasi lelaki disebelahnya, mencari tanda agar mudah dikenali.
Sayangnya, dia tidak mendapatkannya.
berikan aku nama
agar kusebut nama itu
sebagai tanda
ini
dan itu
yang menjadi
kesimpulan yang menarik
“Saya Luke. Apakah kita bisa berpindah tempat
untuk mengobrol dengan nyaman?”
“Tentu saja, mari!” Nisya mengikuti langkah Luke.
Beberapa centi dibelakangnya seakan mawas diri. Dia telah memulai langkah baru,
langkah asing yakni mulai mempercayai laki-laki yang didapatnya di pinggir
jalan, diatas jembatan penyebrangan yang sedang menikmati ikan-ikan yang sedang
berenang dengan bebasnya.
“Apakah kamu punya pacar?” Tanya Luke tanpa
menoleh. Sepertinya masih ada rasa cangung di antara mereka. Maklum, kesan
pertam mencurigakan
“Tidak”. Jawab Nisya pendek. Seakan memberi
ruang agar pemikiran negatifnya berlalu dulu. Pertanyaan ini terlalu sensitif
bagi wanita yang sedang di rundung kesendirian. Sendiri bukan berarti untuk
menderita.
“Apakah kamu sudah menikah?” Pertanyaan macam
apa ini. Stay positif mungkin dia
tidak ingin menganggu istrinya orang sehingga lebih baik mengakhiri segera
daripada ada badai tiba-tiba.
“Tidak” Jawab Nisya pendek. Nisya tidak
mengetahui apa maksud dari pertanyaannya. Cukup dengan jawaban yang dibutuhkan.
“Bagaimana dengan kamu?” Tanya Nisya balik.
Hukum percakapan perkenalan tanyalah balik dengan pertanyaan yang ada. Itu akan
memudahkan untuk saling mengenal.
“Tidak dan tidak juga”
Hahahhaha
tertawalah
seakan kehidupan ini
sangat menyenangkan
tertawalah
seakan kehidupan ini
melupakan kesedihan
Jawaban macam apa itu yang diberikan.
Memberikan dua jawaban untuk satu pertanyaan. Luar biasa tingkat kepekaannya.
“Kamu sepertinya orang jauh, kenapa di sini?”
Tanya Nisya menyelediki
“saya dari Karnataka, kerajaan jauh disana.
Orangnya tidak makan sapi, karena kami menyembahnya” tutur Luke
“Saya dari Macassar, orangnya adalah pelaut
ulung. Aku jutuh cinta pada laut dan semua yang ada disana termasuk pelautnya,
apakah anda benar-benar seorang pelaut?”
“Iya, saya seorang pelaut. Apakah kamu akan
jatuh cinta kepada saya?” Tanya Luke sembari menatap konyol
“Hmmm, sepertinya akan terjadi hal itu
sayangnya, aku belum memutuskan untuk itu”. Tampak Nisya berpura-pura berpikir
keras tentang kemungkinan yang terjadi. Hal konyol yang akan dilakukan adalah
membuat pelaut ini mencintainya.
“Anda berlayar kemana saja, apakah pelayaran
lokal atau keseluruh kerajaan di muka bumi?”
“Saya berlayar ke seluruh muka bumi membawa
hasil bumi untuk mereka yang membutuhkan”
“Wow! Itu benar-benar menyenangkan, apakah
anda bahagia dengan pelayaran anda?”
“Iya, saya sangat bahagia, saya lebih bahagia
hidup dilautan lepas daripada hidup di daratan”.
“Wah, itu sangat menarik. Laut begitu
menakjubkan sehingga menarik sebagian hidup anda di sana. Apa yang anda dapati
dari kehidupan laut?” Nisya makin menyukai percakapan ini, dia begitu terlarut
dengan rasa cinta yang ada di hati, begitu menggebu.
“Semua menyenangkan dan membuat saya
menikamti setiap perjalanan” kata Luke dalam posisi berpikir bahwa kehidupan
ini menyenangkan di lautan lepas tanpa hiruk pikuk kehidupan nyata yang
mengonggong ketika mata terbuka sampai terpejam kembali, begitu terus sampai
lelah sampai dalam mimpi.
Menyenangkan, seperti apakah gerangan itu?
Ada kehidupan di sisi lain yang menyenangkan
untuk di lalui.
“Kamu tidak takut badai?” Nisya semakin curious mengenai kehidupan yang pernah
singgah dihatinya dan sekarang menghilang. Badai yang menerjangnya di
pelayarannya menuju pulau begitu membekas.
“Kami berlayar diantara badai, tidak ada yang
perlu ditakutkan. Hanya saja kami tidak bisa tidur diwaktu badai. Badan kita rolling terus menerus dan membuat kita
kelelahan”.
Kenapa badai tidak menakutkan bagi sailor atau sepertinya sailor tidak takut dengan apapun. Sudah
terbiasa dengan kondisi tersebut.
Badai adalah kehidupan dia menerpa siapa saja
yang dikehendaki orang yang biasa teterpa badai akan bersikap biasa saja
terhadap badai, bahkan kamu cenderung menikmati.
Aku mengingat badai yang membawaku pada
ingatan yang lain, dimana kematian menjemput dan dosa belum tuntas untuk
dibersihkan. Begitu banyak permaafan yang belum tersampaikan. Cukupkah kepada
angin kusampaikan maaf kepada siapapun disana yang tersakiti. Cukupkah kepada
gelombang yang membawaku sampai disini kusampaikan maaf. Kalau memang ada waktu
biarkan saya berbuat lebih banyak kebaikan. Ini begitu menyakitkan, saat tangan
sudah tidak bisa menjangkau apapun untuk memegang kendali.
“Mari kita berpisah hari ini, esok matahari
bersinar dan saya akan kembali menemui anda disini” Kata Luke kepada Nisya yang
masih bengong terhadap peristiwa yang mengigitnya di hari itu.
“Iya, terimakasih atas waktunya”.
***
Perjalanan adalah sebuah kata kerja yang kita
ketik di layar 6 inchi. Semua berjalan seperti angin. Tidak terlihat bahkan
diragukan bahkan diasumsikan sebagai pertanda. Ini adalah perjalanan pertama
kita saat itu, saat kita bertemu tidak sengaja di antara batas bumi.
Aku tidak terpesona padamu, hanya saja aku
butuh sesuatu denganmu, mungkin kamu partner yang baik untuk ini.
Kita bertemu lagi, dihari yang sama dan waktu
yang berbeda. Karena begitulah bumi tidak suka dengan hal yang sama. Katanya
lebih indah jika berbeda seperti gambaran pelangi yang tidak pernah kau tatap
lebih dari dua puluh detik.
Semua begitu menyenangkan, semua begitu
terlukiskan hingga melupakan kucing yang ada di bawah pohon jambu sudah mulai
bisa mengeong. Aku lupa jika kucing mengeong sejak pertama kali dia memiliki
bunyi dan bunyi Cuma satu, mengeong. Tidak seperti kita, begitu banyak bunyi
yang engkau dengarkan kepadaku, seperti music yang aku temui di pinggir hutan
di Bantimurung. Menyisik meninggalkan kedamaian dalam relung.
Aku damai disini dan aku juga merasakan
kedamaianmu disana. Seakan aku yang lemah hanya bisa menghabiskan secangkir dan
setengah kopi yang kau berikan. Ini bukan tentang cinta, ini adalah pemberian.
Berikan saya lebih banyak lagi, agar aku tetap disini bermusik dengan caraku
sendiri.
Waktu begitu tidak cukup untuk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar