Kamis, 24 September 2020

Izinkan Aku Menyanyi Lagu Sendiri

 


Andaikan kau datang kembali
Jawaban apa yang kuberi,
Bersinarlah bulan purnama
(...)


Ini adalah lima tahun dari perjalananku berlatih vocal, semua lagu telah aku nyanyikan. Semua lomba menguras energiku hanya untuk menunjukan bahwa aku adalah yang terbaik.

Sebuah pengakuan dari orang lain, benar-benar membuat saya ingin seperti mereka yang telah melalui perjalanan panjang untuk menjadi seorang yang disebut orang. Dan saya berada dalam setengah perjalanan dari itu semua.

Setelah mengikuti audisi TV nasional dan hasilnya membuat saya terpuruk. Aku memilih menenangkan diri di kamar sekaligus studio.

Setelah pengumuman yang mengiris hati, saya memilih membungkus semua peralatan music yang kumiliki dan mengambil nafas. Hanya sekedar membungkus dalam kotak-kotak yang bisa tersusun rapi dan meletakkan di sudut kehidupan. Aku lelah

Akhirnya, aku membuat kesepakatan dengan penghuni rumah, bahwa saya ingin melakukan beberapa hal lain yang berbeda dari seni music. Mereka hanya bisa mendukung meskipun sebelumnya sedikit shock. Dan saya hanya bisa mengatakan bahwa saya baik-baik saja dengan ini.

Aku menghabiskan waktu melakukan apa saja selain bermusik. Aku belajar membuat kue, berkunjung ke rumah keluarga atau hanya duduk manis di taman sambil bercakap-cakap dengan beberapa orang yang tidak saya kenal.

Semua indah dan menyenangkan. Meskipun beberapa orang meminta saya untuk menyanyi untuk mereka beberapa lagu, dan saya menyanyikan atas permintaan sesuai kemampuan.

“hi. Lagi sendiri?”

“Iya”. Saya memandang lelaki yang hampir seusia atau lebih muda atau lebih tua membawa gitar sambil memain beberapa tangga nada secara acak.

“Mau saya nyanyikan? Sebagai tanda perkenalan”

“Boleh”. Hanya sekedar mengiyakan, lagian tidak ada salahnya dia menyanyikan sebuah lagu.

“Siapa namanya?”

“Diana”. Jawabku pendek, tanpa menanyakan ulang namanya. Berharap segera dia menyanyikan lagu

Diana-Diana-Diana. Gadis cantik idamanku. Oh Diana-Diana. Disinilah dirimu bersamaku.

Oh

Sebuah lagu kejutan dari nama. Ok.

“Lagunya belum jadi”. Katanya sambil tersenyum manis menarik perhatian.

“Bagus kok lagunya, saya suka”. Kataku tersipu

“Mau ngak, bantuin saya buat lagu ini?”

Sangat manis dan pandai memberi saya kejutan. Saya suka

“Gimana?”

***

Sejak perkenalanku dengan lelaki ditaman itu dan memberikan nomor telpon. Dia mengirimkan pesan menanyakan kabar dan meminta waktu bertemu. Sayangnya, saya tidak tertarik bertemu dengannya. Saya belum ingin membicarakan music lagi seperti dulu, jadi saya hanya mengatakan bahwa saya belum memiliki waktu untuk bertemu dan berbicara lebih banyak lagi. Mohon maaf, teman baruku.

Sebagai gantinya, aku akan menghabiskan waktu di rumah nenek di kampung halaman ibu. Disana saya akan tinggal beberapa lama sesuai dengan kehendak hati, mungkin sekitar dua pekan atau lebih. Tidak direncanakan dan tidak sedang ingin merencanakan sesuatu.

Mama dan Papa terlihat senang dengan apa yang ingin saya lakukan, semoga saya bisa bersenang-senang disana itulah harapnya.

Perjalanan cukup panjang dan saya hanya menghabiskan waktu untuk tidur selama perjalanan. Tidak begitu menyenangkan, meninggalkan setengah hati dengan apa yang telah membuat saya terluka. Semua akan baik-baik saja, itulah janjiku pada diriku.

**

“Oh, anak manis datang. Mari masuk!”. Nenek menyambutku dengan kehangatan yang membuat saya merasakan lebih banyak kerinduan. Aku memeluknya dan memberikan ciuman panjang pada pipinya yang sudah mulai keriput yang menunjukan usianya yang sudah tidak tua lagi

“Tidur sama nenek ya”.

“Iya, nek”. Akupun masuk ke kamar dan meletakan tas saya.

Beberapa orang keluarga mulai datang menyambutku penuh kehangatan, mengajak untuk singgah ke rumah dan menawarinya beberapa hal kesukaanku.

Tentu saja saya menyakin mereka bahwa saya akan berkunjung ke rumah mereka dan akan menghabiskan waktu dengan mereka. Semua penuh tawa kerinduan yang telah lama terpendam oleh waktu dan kesibukan.

**

Malam datang lebih cepat mengantarkan pada ranjang untuk beristirahat setelah lama beraktivitas dan mempersiapkan diri untuk hari esok.

Kulihat nenek sudah bersiap tidur. Aku memilih diam ditempat ini terlalu cepat untuk tidur. Jam baru menunjukan pukul Sembilan malam.

“Tidur, Na. Besok bangun pagi”.

“Sebentar lagi”.

**

“Nenek dengar, kamu tida mendapatkan juara yang kamu inginkan dalam lomba nyanyi di TV”. Aku hanya diam. Malas membahas masalah ini, terlalu sakit untuk dikenang.

“Nenek juga waktu masih muda, suka ikut lomba-lomba seperti kamu. Hasilnya ya sekarang nenek bisa nyanyi”. Hehehe

“Nenek mau ikut lomba nyanyi lagi?” tanyaku mengusil

“Tidak butuh, sekarang nenek bisa menyanyi untuk cucu nenek sudah cukup”.

“Saya mau mendengarkan”.

Nenek mulai menyanyi, sembari bercerita dan saya mennaggapi beberapa hal yang tidak saya mengerti. Hingga semua tertidur. Melupakan semua

**

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar