Selasa, 15 September 2020

Cerpus: Cerita Berpuisi- Lelaki Tanpa Cadik (3)

"ini kopi pahit, sepahit hidup kita. Saya kasi sedikit gula agar ada manisnya". 

Ha-ha-ha-ha

Penjual kopi berseloroh membangkitkan gelak tawa diantara pengunjung. Itulah keahlian Pak Bora sebagai pedagang.

"Hidup ini memamang pahit, mari kita nikmati bersama-sama". Mang Udin membalas

Ha-ha-ha-ha

"Dari lahir hidup ini terasa pahit, hingga sekarang. Asal tidak sampai ke neraka, tidak masalah. Kalau hidup pahit, mati pun sengsara. Percumalah kita hidup". Mang Udin mulai curhat, mengingati nasibnya sebagai pemancing ikan dengan hasil yang tidak memuaskan istrinya

"Sudah-sudah, urusan surga dan neraka bukan urusan kita, itu urusan Tuhan. Cukup, jangan merugikan orang lain". Pak Rahmat sang bijak mulai menengahi urusan hidup.

Sumber: http://www.dakta.com/

Sepahit inikah hidup?

tidak juga, itu hanya

perasaan anda

yang tidak cukup syukur di hati


Sepahit inikah hidup?

tidak

itu hanya ilusi agar

kamu menjauhi kehidupan

dan membunuh diri

secara diam-diam


Sepahit inikah hidup?

tidak

Masalah ada jalan menuju 

agar hidup

tetap hidup

"Pak, Amir mari singgah!" Panggil pak Rahmat

Pak Amir mendekat, duduk disebelah Lelaki itu dan langsung bertanya

" pedatang baru, namanya siapa?"

"Amir,..."

"kita punya nama sama" Pak Amir pun menyalami lelaki itu, yang menyebut namanya Amir.

dan keberikan

nama-nama apa saja

di bumi

dengannya kamu bisa mengenal

satu sama lain

"Saya hendak pergi melihat pak Anwar, kabarnya sakit masuk angin gila. Mari semua". Pak Amir pamit meninggalkan gerombolan para tukang kopi

"Silahkan, silahkan"

Mauk angin gila adalah penyakit yang biasa diderita oleh para nelayan yang melaut di malam hari. Sakit ini ditandai dengan rasa panas pada bagian perut dan mengakibatkan buang angin yang tidak ditahan aromanya. Obat dari sakit masuk angin gila sudah ditemukan. Tanaman herbal yang hanya tumbuh di belakang rumah pak Amir. Hanya dia yang diberikan kekuasaan untuk mengobati orang-orang sakit seperti ini.

Rasa sakit

bukanlah tanpa sebab

ini adalah petunjuk

bahwa, masih banyak

yang perlu engkau

ingati dari nikmat

yang kadang terlupakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar