Minggu, 13 September 2020

Cerpus: Cerita Berpuisi-Lelaki Tanpa Cadik (2)



Matahari selalu datang

membuka semua mata yang menutup

untuk melihat dunia

yang semakin panas

dan merindukan

yang tidak pernah

ada

disini

sebuah kenikmatan

sepagi ini bangun dan kembali menuju kepelabuhan. Memandang masa lalu yang membawanya kesini tanpa ada kata yang benar-benar ingin dikatakan. 

Semua berlalu tanpa perancanaan yang jelas. Misinya hanya satu, ini semua bagian dari pekerjaan yang harus dituntaskan sebelum masa tengang. Itulah yang menentukan hidup dan matinya setelah kematian itu sendiri. Menyedihkan, hidup sebatang kara dengan tujuan yang sulit.

Selama matahari masih bersinar dipagi hari, disitulah harapan menghabiskan hari selama itu usianya. Esok adalah cerita lain yang harus tetap diisi. Tanpa perencanaan yang membingungkan.

Biarkan ini berjalan lambat

biarkan ini memerah 

dan menghanguskan apa saja

biarkan semua

karena ini bagian dari kehidupan

yang sulit

"Bung, mari mengopi bersama". Seorang beteriak

Hanya menoleh dan memandang menyakinkan diri bahwa dirinya masih bersama orang lain. Ia pun melangkahkan kaki mengikuti dan pastinya akan bergabung bersama kumpulan lelaki lain yang memiliki dunia berbeda dengannya selama ini.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar