Selasa, 31 Desember 2019

Semburat

Tidak ada apa apa
Hanya semburat kelabu
Yang ada dilangit


Percaya pada angin

Sebenarnya apa?

Yang ada diantara kita itu seperti angin

Begitu terasa dan sulit untuk dilihat

Siapa yang percaya pada angin?

Dia tidak pernah berdusta
Meski begitu abstrak
Tidak pernah dilukiskan


Hati mau Mati

Musim ini berlalu
sebelum hari yang disepakati olehku
Begitu cepat
Tanpa bisa berkata lebih dahulu

Jika aku
Belum siap berlari
Mengapa orang menghilang
Meninggalkan
Dengan sedikit jejak
Lalu hilang
Dirasa hampa di kaki

Aku belum siap kehilangan
Namun kehilangan terus mengintai

Aku belum siap sendiri
Namun sendiru menerkam setiap hari

Kemana aku ceritakan gulana
Jika saja langit mendung dan
tidak bisa berkata apapun

Ini tentang hati yang mau mati
Hanya karena kerinduan
Dalam diam
Tanpa ada suara
Yang disampaikan dan terus menghimpit
Sukmanya

Jangan Rindu

Jangan rindu
Bisik itu
Pada jemari di kata terakhir

Aku memilih diam

Karena rindu bekerja
Tanpa tuan


Petrichor

Saat hujan
Debu menghilang
Ikut bersama basah
Dan terbawa kedalam pori kulit bumi
Lalu tidak dikenali

Yang ada aroma
Penenang dalam kalbu
Yang terindui oleh masa

Ini musim hujan telah tiba
Aku membaui dirimu dalam sukma
Yang menjelma menjadi titik kata
Aku sampaikan disaat
Kebingungan
Bertanya jawab

Kelambu



Ini akan menjadi hari yang menyusahkan kita
Saat kesalahan ini sengaja di buat
Dua hal yang tidak bisa
Aku katakan
Dalam waktu dekat

Saat malam mengintai siang
Dan siang mengintai malam
Begitu seteruanya
Tanpa lupa waktu

Aku berusaha bersikap apatis
Nyatanya aku terbaptis dengan keadaan

Jika saja boleh
Aku ingin malam tidak mengintai siang
Begitu pula siang
Tidak perlu mengintai

Sayangnya, inilah yang terjadi

Malam tidak pernah bertemu siang
Siang juga dilarang bertemu malam

Hanya sekejap
Dalam kesamaran
Yang kita sebut
Dipenghujung waktu
Saat rindu
Menjelma
Menjadi kelambu

Gerimis

Gerimis di tahun baru ini berbeda
Begitu mengesankan

Seakan menggangu untuk tidak disimak

Karena ada yang lain dalam hari yang sulit


Rindu yang kemarin

Rindu itu sesak
Sampai tidak bisa berkata

Hanya serapah
Dalam kata tanpa emosi

Terhimpit beban tidak terlihat
Tersesat dalam kasat
Dan mengusir angin
Yang mengelikan
Saat tidak bisa bersama

Kalau rindu tidak bisa disampaikan
Kepada siapa angin ditiupkan

Hanya kata darimu yang bisa menjawab

Perayaan Rindu

Bagaimana sebuah perayaan tanpa air mata
Saat dua kata bertemu
Tanpa jeda

Seperti hujan
Yang ditunggu oleh musim kemarau

Atau hujan
Yang mengusir kemarau

Keduanya
Bertemu dalam waktu yang dekat dan sebentar
Lalu hilang tanpa kata lagi

Apakah perayaan ini sebuah kerinduan
Yang kamu tinggal
Pada 16 december 2019

Dan kita rayakan hari ini
Di tahun baru, 2020
Dalam sekejap
Lalu pergi dengan kerinduan yang sama
Seperti kemarin

Biarkan kemarau merindukan hujan
Biarkan saya rindu
Untuk kamu disana

Selasa, 17 Desember 2019

Rasa sepi

Rasa sepi ini
Membuatku
Mencarimu di jagat ingatan

Memori dulu
Aku buat bersamamu
Kuputar ulang untuk menusukku

Rasa sepi ini
Membuatku bangun untuk
Membuka pintu dan jendela
Agar engkau masuk ke ruang
Lewat semilir rindu
Yang semakin mencekam kuat

Ku usir kau dari sini
Bukannya pergi menghilang
Malah kau tersenyum kembali
Seakan mengejek
Bahwa rindu tidak bisa berobat

Sandiwara

Ini malam
Ini siang
Malam dan siang adalah kepastian

Angin
Mendung
Terlihat membingungkan
Seperti suara guntur
Yang menakutkan

Memberikan kabar tidak pasti
Seperti kamu
Yang pandai bersandiwara

Mengatakan apapun
Seakan semua menyenangkan
Menggembirakan
Menutup luka di hati
Dan menahan amarah

Ada hati yang tersembunyi
Tidak menampak kata
Atau rasa yang sengaja dihilangkan
Atas nama kasih

Minggu, 15 Desember 2019

Pagi ini

Halo
Pagi ini
Aku mau kita bersama sejenak
Saling menatap
Dan memahami
Ada apa diantara kita
Saling berbagi
Untuk kebahagiaan

Kangen

Malam yg bikin kangen

Jumat, 13 Desember 2019

Tersesat

Aku tersesat
Diruang yang salah
Hanya aku dan kamu disini
Menyesali dengan kejadian yang ada
Seakan ini takdir

Pergilah

kamu akan pergi
Dan aku merelakan

Seperti matahari yang menghilang
Esok iya akan kembali
Dan menghilang lagi
Dan akan kembali

Pada malam ada kerinduan menelusup
Agar, kita bertemu dapat berbagi rasa
Dan meluapkan rasa
Dalam secangkir kopi
Yang lupa aku aduk

Kamis, 12 Desember 2019

Racun

Aku tuangkan semua racun
Dalam mangkuk bening
Agar aku jadikan sarapan sebelum bekerja

Hari ini terlalu berat
Untuk tetap disini
Menungguimu dalam rasa yang mulai uzur

Baru kemarin
Rasanya seperti
Sudah berdulu kala

Aku disini memanggil lirih
Tanpa suara
Karena takut
Tetangga akan terbangun
Dan meracuniku
Dengan cara melupakanmu

Kesusahan

Rasa sesal saat saling mengenal
Dan menghilang
Atas dasar rasa yang ada
Menyulitkan

Bukannya kembali
Dengan tenang
Malah mengamuk
Dalam kesepian
Melampiaskan rasa yang menghilang
Sejak kemarin

Tertelan oleh jarak
Aku dan kamu
Dalam kesusahan yang tidak berkesudahan

Saya perempuan

Perempuan
Saya perempuan
Saya kurang waras
Saat kau pergi menjauh
Seakan aku lemah
Tidak mampu berbuat apa apa
Terimakasih sudah menawan hati ini

Perempuan
Saya perempuan
Saya gila karena kamu
Membujuk aku menjatuhkan hati
Hingga kedasar
Dan aku gagal memungut kembali

Perempuan
Saya perempuan
Saya mau mati dihatimu
Karena hidup sendiri rasanya
Mau mati saja
Ah, terlalu kejam saat berurusan dengan hati
Biarkan saja
Dia terlunta
Toh,  ada rumah jompo yang menampung

Perempuan
Saya perempuan
Saya sedih
Saya jatuh cinta dan terabaikan
Dan saya tidak bisa berbuat apa apa


100 dari

Yang ke seratus
aku terdiam menatap rasa
seakan berkata
sudah jauh
istirahat sejenak
meminta diri merenung
beberapa kata yang berguna
mungkin akan lebih berguna

yang keseratus
kau pergi
terimakasih
meninggalkan jejak untukku
ada rasa
yang membuat aku
selesai disini

yang keseratus
ini untukmu
sebuah kata
yang terbingkis
dari sedikit rasa
yang aku tuang
dalam cangkir
dan menghanyut bersama sepi

ini yang keseratus
pintaku aneh
memintamu pergi
dan terus memintamu pergi
seakan aku kuat sendiri

padahal aku mau
bersamamu
lebih lama sedikit

akhir dari ini, adalah
aku belum memprediksi

Rabu, 11 Desember 2019

Ku usir kau

Ku usir kau dari hidupku
Karena kutak mau
Kau susah sendiri

Aku bisa hidup
Tanpa rasa
Yang sulit
Yang ingin kukejar
Seperti pelangi tinggi

Disini aku kan sedih
Sementara waktu

Biarkan semua jadi obat
Saat rindu
Sudah tidak bisa diucapkan
Aku rindu
Pada diriku sendiri

Yang disini

Dia
Yang disini
Menemaniku
Dalam sepi

Dia
Yang diam
Disini
Menghilang
Sebelum fajar

Dia
Yang marah
Ada rindu
Yang menderu
Berkelabu
Mendung

Dia
Yang sedih
Biarlah sendiri dulu
Aku disini
Ingin bersama

Aku ingin
Tiada angin
Dibalik embun
Menetes
Jatuh

Enggan

Bila rindu
Kemana aku buang rasa

Segera kumendat padamu

Karena hanya kamu yang aku mau

Disini
Aku hanya diam
Menatap punggung
Yang enggan berbalik

Kenapa cinta

Kenapa cinta
Hanya diam saja
Padahal rindu membara

Mengapa cinta
Semakin membisu
Padahal ada cerita hendak dibagi

Apalah aku yang hanya mengharap
Mengapa diam
Membuatku marah dan benci
Padamu

Kemarilah sayang
Biar kuhisap derita ini
Biarkan hanya bahagia
Diantara kita

Biar saja rindu

Biarkan kamu pergi menjauh
Toh ada rindu yang aku selipkan disana

Biarkan kamu menjual rumah
Karena hati ini
Adalah rumah kamu sebenarnya

Biarkan kamu marah
Karena aku tahu
Cara meramu hati

Aku tahu segala cara
Agar kamu kembali disini
Karena
Hati kita sama
Hanya saja
Kamu lebih cepat berdebar

Larut malam

Larut malam
Aku sengaja
Menunggu kamu

Karena ada yang ingin saya katakan
I love you

Hanya Sebentar

Disini saja
Diam
Sebentar saja
Tidak usah kemana mana
disini saja

Sebentar
Hanya sebentar

kopi pagi

Tadi malam aku menghidangkan kopi
yang aku buat sedari pagi

Kamu hanya diam. Memandang lurus kepada
Seakan bertanya
Ada apa hari ini?

Aku hanya diam, menunggu kamu meminumnya

Kita saling memandang lama
Tanpa berkata

Dan kamu memutuskan untuk bangkit
Tanpa meminum
Setegukpun

Tinggal aku dan kopi dingin
Aku memandang kopi dengan tanya

Apa yang salah?

Kuteguk habis

Yang salah
Kita tidak sama dalam frekuensi

Selasa, 10 Desember 2019

Sengaja aku buat manis

Sengaja aku buat manis
Agar indah dikenang
Tidak mudah terlupakan
Dan kembali lagi

Sengaja aku buat manis
Agar engkau tetap disini
Bahagia disini
Dan menghabiskan waktu bersama

Sengaja aku buat manis
Agar kamu tidak merasa pahit
Saat harus pergi
Dan membawa serta kenangan manis

Sengaja aku buat manis
Agar kamu ringan berjalan
Tenang dalam berfikir
Dan kembali ke jalan yang benar

Senin, 09 Desember 2019

Enggan menatap

Kita duduk disini
Berdua saja
Namun tidak saling menatap
Memalingkan diri
Padahal
Kita bersama
Bagaimana kita bisa bersatu?
Manatap saja enggan

Akhir dari ini

Saya menanti
Sendiri
Tidak banyak bicara
Hanya menunggu
Siang menuju malam atau sebaliknya

Tiada yang istimewah
Selain, akhir dari ini

Akhirnya

Pada akhirnya kita sama tahu
Tidak mampu bergerak menembus ruang yang ada
Karena kita berbeda dimensi

Hanya menunggu waktu
Siapa diantara kita menyerah

Jumat, 06 Desember 2019

Tidak se iya

Salahku
Membuat kamu jatuh cinta
Pada dia yang tidak hati sama

Dengan warna yang berbeda
Engkau minta bersatu
Bersama dalam kamar yang sama
Lalu menyatu dalam tanpa ikatan

Sulit, memang
Kenapa kamu tidak pergi saja
Menjauh
Hanya karena salah
Semua merunyam

Kamu mau ini itu
Aku mau itu ini
Tidak se ia
Dan tidak sepapa

Hujan berhenti

Hujan berhenti
Bukan karena amarah
Atau kesal
Atau cemburu
Atau lelah

Hujan berhenti
Karena telah selesai
Telah habis
Telah tiada yang tersisa dari rasa
Telah turun semua

Lalu,  kenapa kamu tidak berhenti
Jika lelah
Jika cemburu
Jika marah
Jika telah usai
Jika telah sampai disini

Rabu, 04 Desember 2019

Terluntang

Benar-benar
tidak habis pikir
? kenapa
saya masih disini

menatap apa yang tidak terlihat
menapaki jalan penuh belukar
membiarkan kaki teriiris duri
dan terluntang
tidak berdaya
memilih jalan lain

Senin, 02 Desember 2019

Merayakan perpisahan

Lusa, kamu tidak disini lagi
Pergi mengelilingi bumi
Meletakan aku sendiri disini
Dengan harapan
Menjumpai aku kembali
Di tempat yang sama
Dengan cerita yang berbeda
Dan menulis kisah yang berbeda

Besok, persiapan patah hati
Menyambut kemarau dihati
tiada kata pisah
Yang ada hati disana
Harus dijaga

Sekarang biarkan aku
Meneguk
Wajah itu,  hingga habis
Biarkan telaga ini
Sepenuhnya berisi dirimu

Aku tidak mau kehilangan
Tapi aku takut hilang




Janji nyata

Langit yang seluas itu
Bumi terhampar dipenuhi jalan

Lalu aku masih belum percaya
Dengan janji nyata yang diberikan

Apa yang membuat diri
Selemah ini

Diberi jalan
Minta jalan yang lain

Diberi Cara yang paling baik
Ikut cara yang lain